Kamis, 02 Juni 2016

Kraton Ratu Boko: Feeling at home And Paranormal

Sudah beberapa kali aku mendengar tentang Kraton Ratu Boko. Sebuah peninggalan bersejarah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Aku dengarnya bahwa lokasi Kraton Ratu Boko itu sering digunakan sebagai tempat pemotretan pre-wedding. Beberapa kali juga teman dari komunitas penulis (IIDN Jogja), pergi ke sana dan aplot foto-foto mereka. Tapi semua itu tak jua menarik perhatianku untuk berniat pergi mengunjungi Kraton Ratu Boko. Alasan paling utama sih, aku bingung bagaimana berkendara ke sana.

Lalu, di pertengahan Mei 2016, kunontonlah film yang sedang ramai, apalagi kalau bukan Ada Apa Dengan Cinta 2. Kraton Ratu Boko adalah salah satu lokasi yang digunakan untuk syuting film tersebut. Tempat Rangga dan Cinta berbincang-bincang dalam acara CLBK. Usai nonton film itu, hasrat ke Kraton Ratu Boko belum juga muncul. Yang muncul malah pengen jalan-jalan ke Punthuk Setumbu, salah satu lokasi syuting di daerah Magelang.

Tak dinyana, akhir Mei, temanku meminta aku untuk menemaninya ke Borobudur. Maklum temanku itu walaupun sudah berumur (kayak aku), tapi belum pernah menginjakkan kaki di salah satu keajaiban dunia tersebut. Ya, bisa dimaklumi sih, karena temenku itu lahir dan besar di Jawa Barat. Aku memaklumi, namun anehnya anaknya ibu kosku takjub…

“Laaah mosok ke Borobudur saja belum pernah to mbaaak?”

Caranya mengatakan itu seolah-olah Borobudur adalah pasar tradisional yang mudah dijangkau dan setiap orang se-Indonesia pasti sudah pernah mengunjunginya. Atau seolah-olah Borobudur itu Monas yang setiap orang Indonesia pasti pernah mengunjunginya. Gila, Monas? Aku aja belum pernah ke Monas. Oke, oke … aku tahu bahwa Borobudur is miracle dan sesuatu banget. Tapi kalau orang belum pernah mengunjunginya (walaupun sudah tua), itu ya nggak papa toh?

Kembali ke laptop. Nah, lalu berembuglah aku dengan temanku itu. Bagaimana kalau tidak hanya Borobudur yang kita kunjungi? Bagaimana kalau kita mengadakan wisata tour de Candi? Misalnya Borobudur – Prambanan – Boko? Temanku setuju, walau dia sudah pernah ke Boko dan Prambanan. Kalau aku, sudah pernah ke Borobudur dan Prambanan juga sebenarnya (zaman masih mulus dan sexi – masih remaja unyu maksudnya, haha). Yang akhirnya terealisasi, karena singkatnya waktu, kami dari Borobudur langsung ke Boko.

Sampai di Boko sudah waktu ashar, maka sholatlah aku dulu sebelum memasuki areal kraton. Tempat wisata Kraton Ratu Boko ini sudah dibangun sedemikian rupa sehingga ada bangunan modern di bagian luarnya. Ada restoran dengan view yang cantik, menghadap pemandangan seluruh kota Jogja. Bahkan kita juga dapat melihat dari kejauhan bangunan Candi Prambanan nan gagah. Ada juga penginapan dan beberapa bangunan yang belum sempat  kucek apa saja (mau nggugling kok males…hehe).

Masuk ke areal kraton, kita melewati tangga yang amat landai, jelas sekali bedanya dengan saat menaiki tangga ke Borobudur yang tangganya curam-curam dan bikin ngos-ngosan aku yang juaraaaang buanget olah raga. Tangga menuju kraton Ratu Boko ini didesain romantis, dengan kursi-kursi berukir di setiap sisinya.

Setelah melewati tangga, kita sampai di areal datar. Dari kejauhan sudah tampak gerbang kraton, tapi aku malah terpesona pada hamparan rumput hijau nan menggoda, dan tawaran seorang ibu-ibu untuk mencicipi es degan. Masalahnya tadi di Borobudur sudah ngiler lihat es degan, tapi ternyata pas makan siang di restoran, gak ada menu es degan … huaa.

“Mbak, ayo kita minum es degan dulu,” ajakku.

Kamipun minum es degan sambil duduk-duduk menggelar tikar di padang rumput di pelataran bagian luar kraton Ratu Boko. Hmmm, itu momen yang sangat rileks buat aku. Aku juga nyempetin baring-baring memandang langit biru plus selfie-selfie. Malu? Ah enggak … wong nggak ada yang kenal ini. Para pengunjung yang lain juga asyik sendiri. Oya, yang kusukai dengan perjalanan ke Kraton Ratu Boko ini, karena gak seramai waktu di Borobudur tadi. Alamak, Borobudur full manusia. Rombongan SD, SMP dan SMA tumpah ruah di sana. Maklum musim liburan. Dan kata sopir travel yang nganterin kita, ada 250 bus di tempat parkir Borobudur! Entah sopirku itu gak punya kerjaan trus ngitungin bus di areal parkir sambil nungguin kami, atau dia dapat info dari penjaga loket, hehehe.

Setelah menghabiskan satu kelapa muda yang rasanya juara, kami melanjutkan perjalanan. Dan aku terkesima, terpesona, takjub, jatuh cinta pada Boko. Arealnya luas banget. Nah untuk yang satu ini aku harus gugling. Keterangan berikut bersumber dari Wikipedia.

Kraton atau Candi Ratu Boko adalah situs purbakala yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang berada sekitar 3 km sebelah selatan kompleks Candi Prambanan. Situs Ratu Boko terletak di sebuah bukit dengan ketinggian 196 m dpl. Luas keseluruhan kompleks adalah 25 ha.

Situs Ratu Boko pertama ditemukan oleh Van Boeckholtz pada tahun 1790, namun baru 100 tahun kemudian dilakukan penelitian yang dipimpin oleh FDK Bosch yang dilaporkan dalam semacam manuskrip (?) Keraton van Ratoe Boko. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa reruntuhan purbakala tersebut adalah sebuah istana kerajaan, berdasarkan dari pola peletakan sisa-sisa bangunan. Kompleks tersebut bukan candi atau bangunan yang bersifat religius, melainkan sebuah istana berbenteng dengan bukti adanya sisa dinding benteng dan parit kering sebagai struktur pertahanan. Lalu, Ratu Boko itu sendiri siapa? Menurut legenda masyarakat sekitar, Ratu Boko adalah ayah dari Loro Jonggrang, yang juga menjadi nama candi utama pada kompleks Candi Prambanan.

Kompleks kraton Ratu Boko itu sangat luas dan aku mencoba menjelajah semua bagiannya dengan diliputi perasaan takjub. Pertama takjub dengan luasnya, takjub dengan cantiknya, takjub dengan hawa silir yang mengembus-embusku dengan nyaman, takjub dengan kinerja para arkeolog – yang tentunya sudah membuat situs ini layak dikunjungi. Aku bayangkan dulu awal ditemukan tentu tak secantik itu penampakannya. Lalu rasa takjubku juga karena saat melangkah di areal bekas kraton itu, aku diliputi perasaan bahagia seolah berada di rumah. Aku jadi berpikir mungkin aku ini titisan salah satu putri kraton yang dulu tinggal di istana Boko (dilarang protes lo yaaa…dilarang sirik trus bilang: titisan mbok emban kale…wkkk).

Dan di samping rasa takjub dan bangga dengan para nenek moyangku, aku diselipi rasa haru dan sedih. Gimana ya, supaya kraton Boko bisa dipugar, lalu berdiri megah seperti aslinya? Bagaimana ya sebenarnya penampakan aslinya? Bagaimana orang-orang dulu berinteraksi di dalam kraton ini? Tiba-tiba aku ingin belajar arkeologi (sudah telat buk…sudah tua. Ih, tak ada kata terlambat untuk belajar, bukan????). Dan tiba-tiba aku marah pada paranormal. Lho…kok sampai ke paranormal?

Maafkan pikiranku yang suka nglantur ini. Beneran pikiranku melayang pada paranormal yang suka tampil di televisi itu. Mereka sukanya meramal ada kejadian apa di tahun-tahun mendatang. Ada spesialis artis, ngeramal artis ini bakal cemerlang, artis ini bakal sakit, dan ada artis yang bakal cerai dan meninggal. Ada juga spesialis dunia politik, tahun depan Indonesia bakal bla bla bla. Hello paranormal, wes gak usah ngomongno masa depan, iku ngono kuosone Gusti Allah.

Ayo sini paranormal ikut ke Kraton Ratu Boko, atau ke semua reruntuhan candi di Indonesia.  Raba dindingnya, pegang batunya, peluk patung-patungnya dan biarkan ilmumu membawamu jauhhh ke ratusan tahun silam. Gambarkan bagaimana rupa asli bangunan-bangunan ini. Bantu para arkeolog. Daripada berceloteh tentang masa depan yang belum tentu benar, mending kalian meraba masa lalu yang pasti ada. Ilmu kalian jadi lebih bermanfaat, kan?

Yah, begitulah kisahku dalam perjalanan ke kraton Ratu Boko. I am so in love deh. Terutama oleh rasa hommy tadi. Mungkin suatu saat aku akan kembali ke Boko. Kembali pulang ke rumah. Terima kasih sudah membaca pengalamanku ini, byee (dada-dada ala putri kraton Boko).


 Berikut ini beberapa foto yang kuculik dari google untuk melengkapi kisahku. Foto-fotoku selama di Boko soalnya belum dicetak (waduh jadul amat), waktu masang rollnya nggak nyantol (haduh apalagi ini generasi unyu gak bakal ngerti), fotoku terbakar semua (aissh berasa balik ke tahun 90-an) ... hahaha.

Gerbang Kraton Ratu Boko 

Hamparan rumput di areal Kraton Ratu Boko

Restoran, dengan view kota Jogja. Menawan.

Cinta dan Rangga (AADC 2) di salah satu sudut Kraton Ratu Boko

2 komentar:

  1. dulu aku berlarian ke ratu boko...nganter mhs asing, ketemu tentara lagi latihann...blum ada Rangga

    BalasHapus
  2. dapat sensasi putri kratonnya, nggak mbak? I feel free

    BalasHapus

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES