Rabu, 30 September 2015

Menulis Cerpen di Kompas Anak

Salah satu media yang menerima naskah cerpen anak, adalah harian Kompas. Biasanya pada hari Minggu, ada halaman khusus anak di media ini. Di halaman anak tersebut ada rubrik "Boleh Tahu", semacam artikel ringan tentang berbagai pengetahuan, rubrik "Cerita-cerita" yaitu cerpen anak, resensi buku anak, rubrik "Ruang Kita", berisi kiriman puisi dan gambar/lukisan anak.

Bagaimana persyaratan menulis di Kompas (Anak)? Berikut saya salinkan dari halaman Kompas Anak:

"Redaksi menerima kiriman naskah, cerita pendek, atau dongeng. Karangan harus asli dan belum pernah diterbitkan. Panjang karangan 3-4 halaman, diketik dua spasi. Karangan yang layak muat akan diberi imbalan yang pantas. Naskah harap dikirim ke Redaksi Kompas Anak, Jl. Palmerah Selatan Nomor 26-28, Jakarta 10270"

Nah, itu salinan tanpa ditambah dan dikurangi. Tapi, kita juga bisa kirim naskah via email. Di zaman digital ini, apa sih yang tidak bisa dikirim via email. Ya, Nggak? Email Kompas adalah kompas@kompas.com

Asyiknya mengirim naskah ke harian Kompas (Anak), adalah kita nggak lama-lama di-PHP. Harian ini tertib mengirimkan surat penolakan naskah jika naskah kita memang belum layak muat. Seperti yang saya terima beberapa bulan yang lalu. Yah, walaupun ada rasa sedih, tapi sekaligus lega kalau tahu naskah kita belum layak muat. Kenapa lega? Ya, berarti kita bebas merevisinya lalu mengirimnya ke media lain yang lebih sesuai. Ya, kan? Ya, kan?
Surat penolakan tersebut juga dilampiri print out dari email kita plus naskah yang kita kirimkan. Lalu di bawah surat penolakan tersebut ada beberapa kriteria umum untuk artikel Kompas Anak. Kriterianya saya salin di sini ya:

1. Asli, bukan jiplakan/saduran/terjemahan, belum pernah dimuat dalam penerbitan lain, dan hanya ditulis/dikirim khusus untuk Kompas Anak.
2. Cara penyajian tidak berkepanjangan tapi padat, singkat, mudah ditangkap, gaya bahasa enak dibaca, dan sesuai dengan kaidah ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
3. Panjang naskah maksimal 3 halaman kuarto untuk cerpen dan dongeng dan 4 halaman kuarto untuk rubrik Boleh Tahu, semuanya dengan ketikan dua spasi, tulisan diharapkan jelas dan bersih (tanpa coretan).
4. Sering tulisan yang pantas dimuat terpaksa dikembalikan, karena tidak mungkin lagi memuatnya pada waktu yang tepat berhubung terbatasnya ruangan atau benturan dengan tulisan-tulisan lain.

Nah. Begitu. Coba baca sekali lagi poin ke-empat, naskah kita ditolak tuh, bukan berarti naskah kita jelek. Tapi kalau naskah saya yang ditolak itu, kayaknya beneran jelek, hiks. Alasan yang tertulis adalah: jalan cerita masih sederhana/kurang menarik *tears*

Jadi, apakah saya kapok mengirim naskah ke Kompas? Jawabnya tentu tidak. Masih ada satu naskah saya yang belum ada kabar di sana. Entah nggak nyampai, entah ditolak, entah tiba-tiba nongol di Kompas, huhuyy...yang terakhir itu yang selalu saya harapkan *nyengir*

Nah, sudah paham kan, cara mengirim naskah cerpen ke Kompas (Anak)? Ayo, segera kirim naskahmu. Dan koleksi surat penolakannya ... eh, nggak ding. Dan semoga kita beruntung. Oya, satu informasi penting yang belum saya sampaikan, honor cerpen di Kompas Anak ini adalah Rp350.000,-

Yuk, segera kirim cerpenmu.

Contoh halaman kompas anak:


Cerpen kedua di Bobo: Mira Susah Tidur


Mira Susah Tidur
Oleh: Kalya Innovie

Tak tik tak tuk. Jarum jam dinding di ruang tengah terdengar di telinga Mira. Krieeet. Kali ini suara pintu kamar Mama yang terbuka. Lalu batuk-batuk, dan suara langkah kaki Mama menuju kamar mandi. Kemarin malam, Mira juga mendengar saat Mama ke kamar mandi. Setelah buang air kecil, pasti Mama akan singgah, membuka pintu kamarnya dan bilang:
"Kok, belum tidur?"
Nah, benar, kan. Kali ini Mama menyempatkan masuk kamar, lalu meraba kening Mira.
"Mira, ini sudah hampir pukul dua belas malam, lho. Ayo, buruan tidur. Besok kamu mengantuk di kelas."
Mira mengangguk, memejamkan mata, mencoba untuk tidur.
*
            Bukan satu dua kali ini Mira susah tidur. Hal ini sudah berjalan selama lima malam. Ya, sudah lima malam ia baru bisa tidur di atas pukul dua belas. Mira sendiri tak tahu kenapa ia jadi susah tidur. Yang jelas, akibat susah tidur, ia jadi sering mengantuk di kelas. Mama bilang, kalau hal ini terus berlanjut, Mira akan dibawa ke dokter.
            “Dulu, aku pernah disuntik. Sakiiit sekali,” kata Aina pada Mira, waktu ia cerita di kelas.
"Ah, paling nggak disuntik. Paling cuma dikasih obat yang pahiiit banget," timpal Vero sambil sambil mengunyah kacang. Saat itu pas jam istirahat.
“Ada loh, tetanggaku yang sakitnya lama trus pulang masih dengan infus di tangannya,” Sofi menambah dengan menggebu-gebu.
Teman-teman Mira langsung saling pandang dengan tatapan ngeri mendengar cerita Sofi. Mereka menatap iba pada Mira yang duduk di bangku dengan muka mengantuk.
“Ah, aku nggak mau ke dokter. Kalian menakut-nakuti aku,” ucap Mira, lalu menguap untuk ke sekian kalinya.
“Mira, ini permen kopi. Supaya kamu nggak ngantuk lagi.” Fairuz memberinya sebutir permen kopi.
“Kopi?” gumam Mira. Mira ingat, Kakek pernah bilang, kalau minum kopi, ngantuknya bisa hilang.
“Kok, jadi bengong? Kenapa, sih, Mir?” tanya Fairuz.
“Hmm…kurasa aku nggak perlu ke dokter. Aku sudah tahu bagaimana menyembuhkan penyakitku,” jawab Mira pasti.
“Bagaimana?” tanya teman-temannya serempak.
“Ah, itu rahasia.” Mira senyum-senyum.
*
            Rencananya usai makan malam, Mama akan mengajak Mira ke dokter. Selama makan, Mira duduk tenang mengunyah makanannya. Ia berpikir bagaimana harus menjelaskan pada Mama. Ia tidak menyadari Mama mengawasinya dengan tatapan cemas.
            “Ke dokternya setelah isya saja, ya?” cetus Papa di sela makan. Usai menghabiskan isi piringnya, Papa minum segelas air, lalu mengintip mug kopinya. Minum seteguk kopi dari mug.
            “Ma, mug kopi Papa jangan keburu dicuci, ya. Masih setengah isinya. Nanti Papa minum lagi setelah sholat isya.”
            “Mama selalu cuci kalau mug itu sudah kosong, Pa. Selama ini juga begitu,” jawab Mama.
            “Ehm. Eh, Mira mau ngomong sesuatu, Ma, Pa.”
            Mama dan Papa menoleh.
            “Mira nggak usah ke dokter, ya. Mira sudah tahu kenapa Mira nggak bisa tidur lima malam ini,” ucap Mira pelan.
            “Kenapa?” tanya Mama.
            Terbata-bata, Mira menjelaskan bahwa sudah lima malam ini ia selalu menghabiskan kopi di mug Papa.
            Mama dan Papa melongo mendengar penjelasan Mira.
            “Pantas saja akhir-akhir ini tiap pulang sholat isya dari masjid, Papa cari kopi, eh, mugnya sudah dicuci Mama.”
            “Mama cuci karena Mama lihat sudah kosong. Rupanya…,” Mama melirik Mira.
            “Kenapa Mira minum kopi Papa?” tanya Papa lunak.
            “Habis enak, sih,” jawab Mira tertunduk.
            “Mira tahu apa kesalahan Mira?” tanya Mama.
            “Iya, Ma. Mira minum kopi tanpa minta izin pemiliknya. Mira minta maaf, ya, Pa.”
            “Lain kali bilang. Mira boleh, kok, minum kopi Papa. Tapi cuma boleh seteguk saja. Bukan setengah mug,” ujar Papa.
            “Semua yang berlebihan itu tidak baik, Mira. Kopi bukan minuman yang cocok untuk anak-anak. Pantas saja kamu jadi susah tidur,” pungkas Mama. Kesal, tapi lega juga karena penyakit susah tidur Mira bisa segera diketahui penyebabnya.
*
            Mira sudah selesai mengerjakan pe-ernya. Dilihatnya jarum jam meja menunjuk angka sembilan. Dirapikannya buku-buku sambil menguap beberapa kali. Alangkah senangnya bisa merasakan kantuk pas jam tidurnya. Tadi, Mama tak mengizinkannya minum kopi lagi. Sebagai gantinya, Mama membuatkan segelas susu hangat. Mira pernah baca, susu bisa membantu kita tidur lebih lelap.
Pukul sepuluh malam, Mama dan Papa mengintip kamar Mira. Mereka tersenyum lega melihat Mira sudah tertidur. Bahkan Mira tampak tersenyum dalam tidurnya.
"Pasti putri Mira sedang mimpi minum kopi di istananya," gurau Papa tersenyum.
“Papa tuh, yang harus mengurangi minum kopi juga,” cetus Mama. “Besok Mama bikinin di gelas kecil saja, ya?”
“Ah, gara-gara Mira, nih. Jatah kopi Papa jadi berkurang.”
“Sudah, sudah. Ayo kita tidur. Biarkan Putri Mira dengan mimpi indahnya.”

Pintu kamar ditutup. Mira membuka mata, nyengir, lalu kembali tidur memeluk gulingnya.**

Selasa, 22 September 2015

Sharing Menulis Cerita Anak (bagian 3) *Menyusun Naskah Aktivitas AUD*

Saat kita berbagi, kita akan mendapatkan ilmu yang lain juga. Demikian saya kutip dari Mbak keren, kawan saya Etyastari Soeharto. Dan kata-kata mutiara beliau itu benar adanya saya rasakan saat harus sharing tentang menulis cerita anak, tanggal 13 September 2015 kemarin.

Ilmu apa yang saya dapatkan? Begini, kan saya sudah cerita bahwa di workshop itu saya sebagai pembicara kedua. Nah pembicara pertamanya adalah seorang psikolog cantik bernama Mbak Miftahul Jannah. Beliau ini sudah menerbitkan beberapa buku tentang aktivitas anak. Nah, hal itulah yang beliau bagikan sebagai materi workshop. Tepatnya materinya berjudul: "Aspek-aspek Perkembangan AUD Sebagai Dasar Menyusun Naskah Aktivitas Untuk AUD".

Apa itu anak usia dini? Kalau di luar sana (maksudnya luar negeri), menurut Mbak Miftahul a.k.a Mbak Ita, usia dini itu dari 0 - 8. Tapi di Indonesia, berdasarkan UURI No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14, usia dini adalah sejak anak lahir hingga 6 tahun.

Seperti kita ketahui, anak usia dini mempunyai tahap-tahap perkembangan dalam mencapai kecerdasannya. Nah, dalam menyusun naskah aktivitas untuk anak usia dini, kita harus menentukan terlebih dahulu aspek perkembangan apa yang ingin distimulasi, target usia atau jenjang pendidikan calon pembaca buku kita.

Saat ini sudah lazim diketahui bahwa kecerdasan manusia itu tidak melulu kecerdasan kognitif, atau kecerdasan akademis. Ada yang kita kenal sebagai multiple intelegensia atau kecerdasan majemuk. Aspek kecerdasan majemuk ini ada delapan, yaitu:
1. Kecerdasan verbal linguistik/kecerdasan bahasa
2. Kecerdasan logika matematika
3. Kecerdasan visual spasial
4. Kecerdasan gerak tubuh
5. Kecerdasan musikal berirama
6. Kecerdasan antar-diri (intrapersona)
7. Kecerdasan dalam diri (interpersonal)
8. Kecerdasan alam natural

Semua aspek kecerdasan majemuk penting untuk dikembangkan dan bukan satu aspek saja. Dahulu lazim orangtua fokus pada kecerdasan logika matematika. Anak-anak dipaksa les berhitung walaupun tidak suka. Padahal mungkin anak tersebut lebih dominan kecerdasan bahasanya atau kecerdasan musikalnya. Sekarang saatnya menstimulasi anak dengan semua aspek kecerdasan, kemudian mendukung satu atau dua aspek yang menonjol pada anak kita. Misalnya, anak kita ternyata condong pada kecerdasan gerak tubuh, apabila kita mendukungnya dengan mengikutkannya pada klub-klub olahraga, bukan tidak mungkin kelak ia akan mengharumkan nama bangsa dengan menjuarai salah satu cabang olahraga tingkat dunia.

Kembali ke naskah buku aktivitas, anak usia dini pada umumnya senang bertanya, rentang perhatiannya masih pendek (susah konsentrasi dalam waktu yang lama), sehingga buku naskah aktivitas yang kita susun sebaiknya adalah sebuah naskah yang bisa dikerjakan secara bertahap. Kalau anak lelah, bisa berhenti dulu dan dilanjutkan lain waktu.

Dalam mencapai tingkat kecerdasannya, anak melalui berbagai stimulasi tumbuh kembang baik untuk perkembangan motorik halusnya (koordinasi gerakan otot-otot kecil), motorik kasar (gerakan yang melibatkan lengan, tungkai dan seluruh badan anak), perkembangan bahasa (kemampuan komunikasi dan memahami kata), maupun perkembangan sosial-emosi (kemampuan memahami perasaan).

Berbagai buku aktivitas mempunyai tujuan umum yaitu menstimulasi tumbuh kembang anak sesuai tahapan umur guna mencapai kecerdasan majemuk. Apabila orangtua ingin mengembangkan bakat anak di bidang tertentu, misalnya seorang anak sudah tampak kecerdasan musiknya sejak kecil, maka dapat dicarikan buku aktivitas yang lebih khusus, dengan berbagai bentuk kegiatan yang lebih fokus pada pengembangan kecerdasan musikal anak. Apakah buku aktivitas bertema khusus seperti itu ada di toko-toko buku? Tentu saja ada. Kalaupun tidak ada, berarti tugas Anda untuk menyusunnya!

Contoh-contoh buku aktivitas:
1. Pada anak usia TK yang baru mulai diajarkan pengenalan huruf, sangat penting untuk menstimulasi motorik halusnya sehingga gerakan otot memegang pensil mulai melemas. Buku yang tepat untuk menstimulasi motorik halus, menurut Mbak Ita, adalah buku-buku semacam buku origami (keterampilan melipat kertas dapat melemaskan otot jari-jari anak), buku membuat macam-macam playdough, buku dot to dot (menggabungkan titik-titik), dan lain sebagainya.

2. Untuk menstimulasi motorik kasar anak, buku yang tepat adalah buku di mana di dalamnya ada berbagai instruksi anak untuk melempar, melompat, berjongkok, jalan mundur, dan lain sebagainya.

3. Buku aktivitas untuk melatih kemampuan berbahasa, adalah buku semacam kamus bergambar, dengan gambar-gambar yang menarik dan keterangannya. Tentunya untuk anak yang belum bisa membacanya, orangtua harus selalu mendampingi untuk siap membacakan dan bermain bersama si kecil.

4. Buku aktivitas untuk melatih sosial emosi, misalnya satu halaman buku memuat dua gambar yang satu gambar anak yang membuang sampah sembarangan, yang satu anak yang membuang sampah di tempat sampah. Lalu anak dipersilakan memilih mana perbuatan yang baik? Atau mana yang benar dan mana yang salah?

Nah, lalu bagaimana dengan gambar-gambar? Bukankah buku aktivitas untuk anak-anak PAUD dan TK itu biasanya full gambar? Begini saran Mbak Ita bila ingin mengajukan dummy (buku contoh) ke penerbit.

1. Buat buku aktivitas minimal 80 halaman

Mengapa harus 80 halaman? Menurut Mbak Ita, Toko Buku Gramedia sekarang tidak mau menerima buku yang tipis. Dan buku yang tipis juga tidak bagus penyampulan plastiknya (mudah melengkung). Lagipula bukankah semakin tebal buku, honor kita juga semakin banyak? Jadi lebih tebal lebih baik (matre dot kom, hahaha).

2. Tentukan tujuan/sasaran buku tersebut (untuk segmen umur berapa, untuk menstimulasi tumbuh kembang yang bagaimana)

Ini penting. Ingat membuat buku aktivitas pun tak main-main. Niatkan sebagian untuk amal membantu para orangtua menstimulasi tumbuh kembang anak. Segmen umur juga membantu penerbit untuk menentukan pangsa pasar. Bocoran Mbak Ita, penerbit suka yang range segmennya agak luas, jadi buku itu nanti bisa dilabeli dengan: Buku untuk PAUD dan TK (agar pasarnya lebih luas).

3. Dummy dapat dilengkapi gambar (cukup gambar sederhana atau bisa juga mencomot dari google).

Bolehkah mencomot google? Nggak papa karena hanya untuk contoh. Nanti pihak penerbit akan menyediakan ilustrator sendiri. Yah, tentunya konsekuensinya adalah Anda berbagi honor dengan ilustrator. Lebih bagus lagi kalau Anda juga pandai menggambar. Dummy dengan contoh gambar hasil karya orisinil tentu akan lebih menarik hati penerbit, dan honor Anda jadi lebih besar (sekali lagi hidup matre).

Nah, di sesi tanya jawab ada satu pertanyaan yang penting nih. Pertanyaannya begini: Saya pernah mencoba membuat contoh buku aktivitas, tapi saya malu mengajukan pada penerbit. Saya bukan berlatarbelakang psikolog. Saya ini apalah apalah...

Jawab Mbak Ita:
Ibu adalah guru pertama anak. Bertanggungjawab atas pendidikan anak. Sebenarnya itu sudah cukup untuk dapat menerbitkan sebuah buku aktivitas. Misalnya dengan mencantumkan identitas penulis: Siti Rahmah, ibu tiga anak, pemerhati dunia pendidikan.
Atau, bisa disesuaikan dengan latarbelakang pendidikan (kebetulan si penanya adalah lulusan kedokteran hewan), misalnya dengan menyusun buku aktivitas "Mengenal Berbagai Hewan Darat", "Mengenal Berbagai Hewan Air", "Mengenal Berbagai Hewan yang Bisa Terbang", "Mengenal Berbagai Hewan Buas" ... wow ... sudah dapat satu ide buku berseri mengenal hewan, kan?

Asyik, saya langsung membayangkan menyusun buku aktivitas: "Mengenal Berbagai Pohon Asli Indonesia" (karena saya bekerja di dunia kehutanan).

Terima kasih, Mbak Ita. Materinya sangat menginspirasihh...

Berbagai buku karya Mbak Ita adalah sebagai berikut:


Disarikan dari workshop menulis cerita anak 13 September 2015 yang terselenggara berkat kerjasama:
Perpustakaan kota Yogyakarta
Sirkulasi Kompas Gramedia
Phicatering
IIDN Jogja


Sabtu, 19 September 2015

Sharing Menulis Cerita Anak (bagian 2)

Mendapatkan mandat berbicara tentang menulis cerita anak, buat saya yang masih pemula unyu-unyu ini tentulah sedikit ngeri-ngeri sedap. Apalagi di antara daftar peserta yang sudah mendaftar ikut workshop, saya membaca beberapa nama yang sudah malang-melintang di dunia literasi. Agak ngeper juga, tapi alhamdulillah banyak teman baik dari IIDN Jogja, Merah Jambu, bahkan bu guru Nurhayati Pujiastuti memberi semangat pada saya. Ayo, kamu pasti bisa. Yes, insyaa Allah. Bisa.

Maka bergerilyalah saya mencari bahan-bahan untuk materi menulis cerita anak yang akan saya bawakan di workshop IIDN Jogja 13 September 2015. Yang pertama, saya kasak-kusuk pada Mbak Ruri Irawati, teman di kelas Merah Jambu, yang sudah lebih dulu sharing tentang menulis. Mbak Ruri ini keren, membagi ilmunya pada anak-anak SD di sebuah sekolah di kota tempatnya tinggal. Dan Mbak Ruri ini baik hati, ramah dan tidak sombong, saya dikirimin file materi menulis cerita anak yang sudah disusunnya. Tengkyuuu, Mbak.

Selain bahan dari Mbak Ruri, saya mengkombinasikan materi saya dengan beberapa metode yang saya peroleh di kelas Merah Jambu asuhan Mbak Nurhayati Pujiastuti, beberapa informasi dari kelas Mas Bambang Irwanto (saya sempat ikut kelas singkat menulis cerita dan dongeng dari Mas Bambang), dan materi dari buku Mbak Veronica Widyastuti. Buku berjudul : "Rahasia Sebuah Cerita, Panduan Menulis Cerita Untuk Anak"



Setelah 'senjata' saya rasa cukup lengkap, mulailah saya menyusun materi.

1. Prolog

Menulis cerita anak dimulai dari tujuan kita nulis itu buat apa, sih? Ada empat tujuan nulis cerita anak, yaitu: ingin memberikan bacaan yang sehat dan menarik bagi anak-anak kita, suka dengan dunia anak-anak, karena suka nulis saja, dan karena ingin menambah pendapatan keluarga. Nah, materi saya ini fokus pada menulis untuk media, jadi pas dengan tujuan menambah pendapatan keluarga, karena dari media yang memuat tulisan kita, kita bisa mendapatkan honor.

Memangnya cukup honor yang didapat, sehingga masuk dalam katagori menambah pendapatan keluarga? Jangan-jangan dapatnya cuma sedikit? Eh, jangan salah. Honor di majalah Bobo, itu Rp250.000,- lho. Nah, dua guru saya baik Mas Bambang maupun Mbak Nurhayati, cerpennya pernah dimuat berturut-turut di majalah Bobo. Mas Bambang malah pernah lebih dari 20 minggu berturut-turut!

Misalnya nih dalam sebulan cerpen kita dimuat empat kali di Bobo (Bobo majalah mingguan), berarti dalam sebulan kita bisa dapat sejuta, kan? Manis, nggak? Manis banget kalau saya mah....

Tapi ... tentu saja, untuk mencapai level menggiurkan itu, ada effort yang harus kita lakukan. Yaitu? Berlatih menulis setiap hari. Mengirimkan naskah cerpen ke media yang dituju secara rutin.

2. Inti Materi

a. Karakter cerita anak : segmen umur biasanya usia SD mulai 7-12 tahun. Bahasa sederhana, mudah dimengerti. Konflik sederhana.

b. Jenis cerita anak: Cernak realis, dongeng (dongeng binatang/fabel, dongeng dengan tokoh benda mati, cerita rakyat, dongeng peri-kurcaci)

c. Menentukan Tema dan Ide: Tema adalah inti cerita yang akan ditulis, misalnya tema persahabatan, tema cinta lingkungan, dll. Ide adalah lintasan pikiran yang terkait tema. Misalnya, tema persahabatan, ide tentang seorang anak yang tidak punya sahabat karena nakal. Nah, bagaimana ceritanya hingga kemudian anak ini bisa mendapatkan seorang sahabat?

Oya, ide ini ada di mana-mana, lho. Jangan pernah bilang miskin ide atau nggak punya ide, ya! Ide cerita anak bisa diperoleh dari menggali pengalaman di masa kecil, memperhatikan kejadian-kejadian di sekitar kita, melalui gambar-gambar di majalah, berita di televisi, film yang kita tonton, curhatan teman, pokoknya buanyaaak sumber ide, deh!

d.Tokoh, Karakter dan Setting: Tokoh dalam sebuah cerita tentu saja sangat penting. Tokoh menyesuaikan jenis cerita. Cernak realis, tokohnya anak-anak. Dongeng, tokohnya bisa binatang, benda mati, peri, kurcaci atau raja dan ratu. Untuk memperkuat konflik, tokoh bisa tokoh protagonis maupun antagonis (tokoh baik dan buruk). Beri karakter pada tokohmu, tokoh baik mungkin punya karakter penyayang. Bagaimana anak yang penyayang? Dapat digambarkan dengan penjelasan-penjelasan misalnya: Wini selalu membawa bekal roti yang berlebih. Selain dimakan sendiri, roti itu juga dibagikannya dengan teman-teman di kelasnya. Selain tokoh dan karakternya, setting juga perlu diperjelas, kapan cerita terjadi, dan di mana. Lokasi dapat dijelaskan dengan deskripsi, misalnya Air terjun di Kampung Sumbersari: Di pinggir kampung ada jalan setapak menuju hutan. Jalannya berliku. Jalan itu akan terbagi menjadi dua cabang. Jika engkau ikuti cabang sebelah kiri, jalannya jelek dan berbatu. Tapi jalanan jelek itu akan memandumu menuju air terjun Pelangi Ayun yang sangat terkenal itu.

e. Konflik: Konflik dalam cerita anak pada umumnya sangat sederhana.

f. Alur: Alur adalah jalan cerita. Untuk cerita anak, sebaiknya digunakan alur maju. Mengisahkan peristiwa hari ini, besok dan lusa. Bukan dalam rentang waktu yang panjang.

g. Ending: Ending harus tuntas, tidak menggantung

h. Judul: Judul harus menarik. Judullah yang pertama memikat hati dan mendorong pembaca untuk menyempatkan diri membaca cerita sampai selesai.

i. Self editing: Setelah menyelesaikan naskah Anda. Endapkan dulu dua tiga hari. Lalu baca sambil merevisi redaksional, maupun konteks kalimat yang terasa kurang tepat.

3. Penutup

Nah, begitulah materi sharing cerita anak yang saya bawakan kemarin. Sebagai pelengkap, saya juga menyertakan cerpen saya "Toko Sepatu Ibu" yang sudah dimuat di majalah Bobo, untuk dibaca. Lalu saya juga memberikan bonus daftar email majalah dan koran yang menerima kiriman naskah cerpen anak, berikut persyaratan dan ssst ... honornya.

Nah, tunggu apalagi? Materinya kurang lengkap? Hmm. Sebenarnya malah terlalu banyak. Karena untuk menulis cerita anak, cukup berbekal: membaca banyak-banyak cerpen anak (untuk mendapatkan 'rasa' cerita anak), dan langsung mencoba menulis cerpen pertamamu. Ayo, tunggu apa lagi ... buruan nulis. Kalau masih ragu, seperti peserta di workshop kemarin, kamu juga bisa kok kirim cerpen kamu ke saya untuk saya kasih masukan. Kirim ke indahnovitadewi@yahoo.com ya. For free :)

Oya, workshop kemarin terselenggara berkat kerjasama:

Perpustakaan kota Yogyakarta yang menyediakan tempat dan snack,
Sirkulasi Kompas Gramedia yang menyediakan majalah anak untuk dibagikan ke peserta,
Phicatering yang menyediakan makan siang, dan
IIDN Jogja sebagai panitia penyelenggara




Kamis, 17 September 2015

Sharing Menulis Cerita Anak (bagian 1)

Berbicara di depan umum bukan sesuatu hal yang luar biasa bagi saya. Hampir setiap tahun saya harus melakukannya karena tuntutan pekerjaan. Berbicara di depan orang banyak menjadi istimewa, ketika yang harus saya bawakan adalah materi menulis cerita anak.

Hah? Siapa saya yang berani-berani ngomong ngalor-ngidul tentang menulis cerita anak? Memangnya penulis cerita anak terkenal? Bukaaaan ... eh, beluuum. Akan menjadi penulis cerita anak terkenal, rencananya, aamiin.... Insyaa Allah.

Begini ceritanya. Saya ini hobi nulis sudah lama. Sejak saya masih remaja imyut nan cantik jelita (ini bukan hoax, walau gak ada poto). Nah, sejak masa-masa era kecantikan saya masih belum terjamah laki-laki itulah (halah), cerpen-cerpen saya sudah dimuat di majalah Anita Cemerlang (yang sudah almarhum, innalillahii....). Saya berhenti mengirimkan naskah ke majalah ketika saya mulai bekerja dan kemudian menikah (setelah menikah, baru deh saya terjamah laki-laki ... aishhh, gak penting amat keterangannya).

Setelah 10 tahun vakum menulis, perjalanan hidup membawa saya terdampar di suatu komunitas yang riuh rendah ramai renyah kriuk kriuk kadang riweh repot bin rempong (apaseh), yaitu sebuah komunitas menulis: Ibu-Ibu Doyan Nulis Yogyakarta atau IIDN Jogja. Hmm, di situlah pelan-pelan api asmara berkobar ... eh salaaah ... api gairah menulis menyala kembali. Apalagi komunitas ini kemudian menghubungkan diriku dengan berbagai komunitas menulis di dunia maya. Di dunia maya semua ada. Yang paling membuatku jleb jleb adalah beberapa nama penulis yang dulu sering beriringan di majalah Anita Cemerlang, ternyata masih eksis menulis, bahkan bukunya sudah mbrubul bejibun. Nah gue? Mengubur minat bakat sekian lama. Yang ada, ilmu nulis fiksi jadi anjlog. Karya jadi mandul. Padahal untuk berkarya di dunia literasi, of course kita harus rajiiiiin ... apa? Ya, tentu saja rajin menulis.

Nah, mulailah saya menulis fiksi dan lain-lainnya untuk dikirim ke media atau untuk dikirim ke berbagai lomba menulis. Saya bangkit lagi berkat IIDN Jogja. Lalu, di akhir tahun 2014, saya ingin sekali belajar menulis cerita anak untuk dikirim ke majalah Bobo. Alasannya? Waktu kecil dulu saya langganan Bobo. Rasanya keren dong kalau kemudian cerpen saya nongol di majalah anak-anak paling tua ini. Alasan lain juga karena sekarang saya punya anak-anak yang masih kecil-kecil dan lucu-lucu. Saya ingin membuatkan cerita untuk dibaca mereka. Siapa tahu, kelak mereka juga akan tertantang untuk mencoba menulis di waktu luang mereka atau boleh juga serius di dunia kepenulisan. Alasan lainnya lagi, saya rindu dapat honordari  menulis ... hehehe.

Mau belajar cerita anak, saya mencari info tentang kelas menulis. Dan kemudian saya memutuskan mengikuti kelas menulis online di kelas Merah Jambu, dengan guru Mbak Nurhayati Pujiastuti. Kenapa kelas online? Saya merasa santai kalau mengikuti kelas online. Saya bisa berdiskusi di kelas sambil bebaringan di ranjang dengan satu tangan memegang ponsel dan tangan lain nepuk-nepuk pantat bayiku yang mau bobok, hahaha. Kenapa nggak kelas offline? Karena waktu itu nggak ada kelas offline yang saya incar. Dan kalau mendatangi kelas offline, saya rempong kalau harus meninggalkan anak-anak. Belum lagi mikir saya mau pakai baju apa yaaa ... hahaha. Oke, online atau offline itu hanya sarana, yang terpenting adalah hasilnya ada.

Singkat cerita (singkat? ini prolog sudah panjang banget tau ... hihihi), belajarlah saya di kelas Merah Jambu. Dan singkat cerita, enam bulan setelah itu, secara bergantian empat cerita anak yang saya susun di kelas, terbit di majalah Bobo. Yeaaay, mission accomplished! *jogedjoged* (tapi harapannya masih lebih banyak lagi naskah yang akan muat lagi ... aminin dong aminin ... Aamiin ....).

Bertelurnya saya dengan empat cernak di Bobo itu tak luput dari pantauan teman-teman IIDN Jogja. Sebenarnya bukan mereka memantau, sih. Tapi saya yang pamer-pamer di grup whatsapp IIDN Jogja tiap cerpen saya nongol, wuahaha. Bukan melulu bermaksud pamer, tapi lebih kepada upaya memotivasi teman-teman lain ... niy lho aku bisa nulis di Bobo. Ayo kalian kapan. Ayo, nulis. Gitu.

Nah. Demikianlah prolog nan panjang ini mengantarkan judul "Sharing Menulis Cerita Anak (bagian 1)", hehe. Kami para IIDNers, punya agenda kopdar tiap bulan. Agenda kopdar tersebut selalu diisi dengan sharing-sharing kepenulisan, maupun sharing apa saja asal manfaat dari para anggotanya. Lalu saya diminta sharing pengalaman saya menulis cerita anak, sekaligus membawakan materi cara-cara menulis cerita anak. Sharing yang biasanya hanya intern IIDN, kali ini akan dibuat untuk umum dan diselenggarakan di perpustakaan kota Yogyakarta. Saya akan menjadi pembicara kedua, setelah Mbak Ita (Miftahul Jannah) membawakan materi menulis buku panduan aktivitas untuk AUD (Anak Usia Dini).

Bagian dua dan tiga tulisan ini dapat dibaca di sini dan di sini



Acara ini terselenggara berkat kerjasama:
Perpustakaan Kota Yogyakarta
Sirkulasi Kompas Gramedia
Phicatering
IIDN Jogja

Senin, 07 September 2015

Hari yang Sibuk (5 September 2015)

Bagaimana Anda mengartikan hari yang sibuk? Tanggal 5 September 2015 kemarin adalah salah satu hari tersibuk saya. Nah, ngapain aja saya seharian? Mari ikuti perjalanan saya sehari (berasa artis).

05.00 - 08.00
Seperti ibu rumah tangga pada umumnya, saya berjibaku menyiapkan sarapan anak-anak, membangunkan mereka, memandikan, memastikan mereka berpakaian rapi, menyiapkan diri saya sendiri dan terakhir berangkat mengantar si bungsu di sekolahnya. Jam 08.00 saya meluncur menuju Mirota Pasaraya.

08.15
Teman saya, Mbak Etyastari sudah menunggu di depan Mirota dan siap membonceng saya menuju masjid Nurul Ashri untuk mendengarkan kajian muslimah bersama Aisha Maharani.

09.00
Atau sekitar itu, kajian baru dimulai. Molor karena pesawat Mbak Aisha delay.

11.00
Meluncur ke toko Merah, menemani Ety yang mau beli Femina.

11.15
Meluncur ke SDIT Sultan Agung, meet my boy, lalu makan siang di warung Indomie (artis kok makan mie instan).

12.00
Masuk gedung balai RW persiapan rapat tentang TPQ

13.00
Rapat baru dimulai (Apaaa ... molornya gak tanggung-tanggung)

14.00
Rapat paguyuban wali murid kelas 5

15.30
Meluncur pulang dengan si sulung

16.00
Mengantar laundry

16.15 - 21.00
Menyiapkan makan anak-anak, menemani belajar, membereskan rumah, menemani anak-anak tidur.

Hari yang sangat capek....

Cantik dan Sehat dengan yang Halal


Pada hari Sabtu, 5 September 2015, saya berkesempatan mengikuti kajian "Humaira" di masjid Nurul Ashri. Kali ini tema kajian adalah "Cantik dan Sehat dengan yang Halal" dengan narasumber mbak Aisha Maharani. Hmm, sebenarnya nama Mbak Aisha ini yang menggerakkan hati untuk pergi mengikuti kajian, selain temanya yang penting dan menarik. Saya membaca profil Mbak Aisha dua tahun lalu di majalah Aulia dan kagum dengan kiprahnya.

Kekaguman saya makin bertambah saat pembawa acara kajian menyebutkan satu per satu jabatan Mbak Aisha, antara lain: founder Halal Corner, Founder Jemput Jodoh Halal, Owner Halal Market Online, Konsultan sertifikat halal, pengasuh rubrik halal corner di majalah Aulia, dan masih sederet jabatan dan kesibukan lain termasuk mengisi seminar dan kajian di sana-sini. Wih, sibuk, ya.
Selain berbagai kesibukan tersebut, kegiatan utama Mbak yang cantik ini adalah mengurus ketiga buah hati dan tentunya suami tercinta di rumah.  

Karena delay pesawat, jadwal kajian agak molor. Sempat menunggu beberapa menit, akhirnya sang narasumber hadir dengan kostum serba hitam yang makin menguarkan kecantikannya. Wah, ternyata Mbak Aisha mungil ya ... tapi jelas tetap cantik. Dan suaranya ... mantap.

Mengawali kajian, Mbak Aisha menegaskan bahwa Ibu, adalah penjaga gawang distribusi makanan dan obat-obatan di rumah tangga, sehingga wajib melek halal.

Halal, adalah kewajiban bagi umat muslim (HR. Thabrani).

Bagaimana memastikan zat halal untuk keluarga? Caranya adalah dengan KNOWING-FINDING-KEEPING. Mengetahui apa itu halal, menemukan yang halal dan haram, dan menyimpan pengetahuan tentang halal-haram sebagai pegangan dalam menyediakan makanan, minuman, obat maupun kosmetika untuk keluarga.

HALAL adalah sesuatu yang DIRIDHAI Allah dan membuat kita aman dunia akhirat. SESUATU itu dapat berarti luas, makanan, minuman, obat, kosmetika, pendapatan, hingga pasangan.

THOYYIB adalah sesuatu yang aman, sehat, baik dan sesuai dengan porsinya (tidak berlebihan).

Produk zaman sekarang cirinya adalah instan, menarik dan tahan lama. Karena menarik dan tahan lama, ada beberapa zat tambahan yang dibubuhkan pada produk (pewarna atau pengawet). Zat-zat tambahan inilah yang biasanya kita kurang memahami dari mana asalnya.

BABI adalah hewan yang diharamkan. Di sisi lain, semua bagian tubuh babi bisa dimanfaatkan dan memang dimanfaatkan secara luas khususnya di negara-negara dengan mayoritas penduduk non-muslim. Itulah mengapa penting adanya sertifikat halal, agar kita dapat terbantu dalam menghindari zat-zat haram.

Semua bagian BABI dapat dimanfaatkan.
TULANG: dimanfaatkan sebagai gelatine dan calciumnya
DARAH : digunakan sebagai media tumbuh/media fermentasi berbagai virus (keperluan pengobatan)
KULIT: dimakan. Membedakan kulit krupuk sapi dan babi, kalau sapi warna kecoklatan dan pecah-pecah permukaannya. Sedangkan krupuk kulit babi kuning pucat keputihan dan permukaannya halus. Kulit babi juga biasa disamak untuk jadi bahan tas, sepatu, sendal, casing hp. Cara membedakan, kulit sapi bertekstur kulit jeruk sedangkan kulit babi halus dan ada bagian yang bertitik tiga.
Kulit (jaringan ikat kulit) yang mengandung kolagen biasa digunakan untuk produk kecantikan (fungsi kolagen: mengenyalkan, menghaluskan, menghilangkan keriput).
BULU: dipakai untuk bahan baku pembuatan sikat gigi balita, kuas (untuk melukis, merias wajah dan memasak), waspadai merek eterna. Tanda kuas bulu babi, kalau dibakar tercium bau seperti daging hangus.
JEROAN -- pankreas -- untuk produksi insulin; usus -- untuk casing sosis
KIKIL
DAGING
LEMAK

Kriteria Obat Halal

- Tidak terbuat dari bahan yang haram, tidak terbuat dari golongan yang najis.
- Tidak terkontaminasi oleh bahan haram dalam proses produksi
Produk Farmasi = terdiri dari bahan aktif dan bahan farmaseutik (bahan tambahan). Ada 28 bahan tambahan yang biasa dipakai, tapi yang kritis adalah sebagai berikut:
- bahan pengemulsi, pewarna, perisa, pemanis, bahan pengisi tablet, bahan pengkilap, bahan pelarut, bahan enkapsulasi.

Sumber bahan aktif obat dan bahan farmaseutik bisa dari tumbuhan, hewan, manusia, mikroba dan bahan sintetik kimia.
Jika ditinjau dari bentuk obat, maka ada beberapa titik kritis yang wajib kita ketahui:
- Obat serbuk -- laktosa, sukrosa -- apa media fermentasinya?
- Tablet -- monogliserida, gelatin -- berasal dari mana?
- Kapsul -- cangkang kapsul dapat terbuat dari babi, ikan maupun sapi
- Obat cair -- pelarutnya apakah dari khamr?

Yang perlu diketahui, tidak semua alkohol itu khamr.  Tapi khamr merupakan bagian dari alkohol. Banyak turunan alkohol antara lain metanol, dll. Yang disebut khamr adalah etanol yaitu turunan alkohol yang tidak beracun dan bisa diminum.

Etanol pun ada dua jenisnya: khamr berasal dari fermentasi misalnya air beras dan khamr yang berasal dari bahan tambang (khamr jenis ini diperbolehkan dalam obat-obatan)

Menurut MUI, dari 30.000 jenis obat di Indonesia, hanya 22 saja yang halal. Menteri Kesehatan di era terdahulu Nafsiah Mboi juga pernah menyatakan bahwa 90% obat Indonesia mengandung babi. Bagaimana menyikapi hal ini? Sepertinya kita tidak boleh sakit, ya? Gunakan dulu obat-obatan herbal sebelum terpaksa menggunakan obat kimia.

KOSMETIK

Kosmetik adalah bahan/campuran bahan yang digosokkan, dilekatkan untuk merawat tubuh kita.
Asal bahan kosmetik sama dengan obat: tumbuhan, hewan, sintetik, kimia, manusia, mikroba.
Titik kritis kosmetik adalah: kolagen. ekstrak placenta, amnion/ketuban, hormon, lemak, vitamin, AHA.

Menghindari dari zat haram sangat terbantu bila kita hanya mengkonsumsi produk-produk yang sudah bersertifikat halal. Misalnya produk-produk unilever, wardah, dll.

Catatan:

Ada beberapa tambahan tips penting dari Mbak Aisha. Antara lain:
1. Merencanakan anak dengan gen yang baik: sebelum jima' sholat tahajud bareng pasangan halal, minum madu, makan habbats, makan daun pegagan, minum air zam-zam.
2. Para ibu sebaiknya belajar tentang fiqih untuk masa depan keluarga yang lebih baik.
3. Perkembangan tumbuh kembang anak tak lepas dari apa yang dia konsumsi sejak dalam kandungan. Oleh sebab itu selalu makan dan menyediakan makanan halal untuk keluarga tercinta itu sudah menjadi keharusan.

Sangat disayangkan dengan ilmu Mbak Aisha yang sedemikian banyak untuk masalah halal-haram ini, waktu yang tersedia terlalu singkat. Sehingga hanya kulit-kulit luarnya saja yang dapat didiskusikan dalam kajian ini. Insyaa Allah lain waktu ada kesempatan bertemu Mbak Aisha yang mungil tapi bersuara dahsyat ini.

Rabu, 02 September 2015

September Ceria

Yes, kita sudah masuk ke bulan September. September ceria milik kita bersama. Begitu kata si burung camar, Vina Panduwinata. September ini diawali dengan ikut kuis #pantunSeptember di twitter. Ini kuis yang diselenggarakan oleh komunitas menulis IIDNJogja alias ibu-ibu doyan nulis Yogyakarta.

Daripada pantun yang saya susun hilang di twitter, mending saya abadikan di blog saja. Ya, lumayan atuh biar blognya kelihatan lebih berisi hihihiii...

Ini beberapa pantun yang sempat saya karang dengan sepenuh perasaan:

Membeli cuka di bulan September, dimasak campur terigu. Pusing punya anak puber, jerawat satu galau seminggu

-- cuka dicampur terigu jadinya apa, ya? Hehe, entahlah...ini demi rima. Inspirasi pantun ini beneran waktu anak sulung saya heboh gara-gara muncul jerawat kueciiiil banget di dekat hidungnya, hohoho

Paling asyik mantengin bulan, kelamaan akhirnya laper. Ayo jangan ketinggalan, ikut kuis pantun september

-- ini biasa banget ya pantunnya? Yah, nggak apa-apa yang penting pakai kata kunci: September

Ke Jember jumpa orang cedal, sama-sama makan pisang. September bulan yang spesial, saatnya ultah suami tersayang

-- Awalannya juelek sih saya nggak suka, tapi belakangnya saya suka dan beneran, tanggal 15 September itu ultahnya suami saya tersayang, uhuk uhuk

September bulan yang manis, saatnya menanam ubi. Sudah semangat ikut kuis, ternyata lupa gak pakai kata kunci

--ini yang paling bagus menurut saya. Hihihi...gimana enggak? Saya sudah twit beberapa pantun lho, baru ngeh bahwa kata kuncinya adalah September. Maksudnya harus ada kata 'September' di tiap pantun yang ditwitkan. 

Ckckck...jadi nasihat saya, teliti sebelum membeli. Teliti sebelum ikut kuis dan segala macam lomba. Cermati syarat dan ketentuan. Jangan sampai naskah Anda bagus, tapi harus gugur gegara hal (gak) penting macam syarat dan ketentuan...hahaha.


COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES