Rabu, 15 Mei 2019

Berkah Ramadan adalah Cinta

Ramadan selalu membawa kegembiraan bagi semua umat Islam di dunia. Betapa tidak, pada bulan ini semua nilai kebaikan ibadah akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Maka semua berlomba-lomba dalam kebaikan, berharap curahan berkah Ramadan mampu menghapus dosa bergelimang di bulan-bulan sebelumnya.

Bagi saya pribadi, Ramadan mempunyai arti kelekatan cinta antara saya dan keluarga. Dua anak lelaki saya lahir di bulan Ramadan. Uniknya keduanya sama-sama lahir tiga hari menjelang Idul Fitri. Bisa kan, membayangkan deg-degannya saya kalau ada masalah kesehatan bayi saya sehingga tidak bisa pulang ke rumah sebelum hari raya. Ya, kedua anak saya lahir di klinik dan rumah sakit. Karena lahir di bulan Ramadan, maka saya menyematkannya sebagai pengingat di nama mereka berdua. Alm. Muhammad Naufal Ramadhan lahir 21 November 2003, dan Emir Abdillah Ramadhan lahir 28 September 2008. Sedangkan dua anak saya lainnya perempuan dan mereka lahir di bulan lain.

Arti Ramadan yang kedua bagi saya, adalah persiapan mudik. Ya, saya dan keluarga tinggal di Makassar yang jauh dari kedua orangtua saya yang tinggal di Malang. Sejak kedua mertua saya wafat, maka mudik ke Malang setiap Ramadan hingga Idul Fitri adalah wajib hukumnya.Setiap Ramadan tiba, saya dan suami bersiap-siap menyisihkan sebagian rezeki untuk membeli tiket PP, membawa serta ketiga anak kami untuk berkunjung ke rumah oma dan opanya di Malang. Kedua orangtua saya sudah sepuh. Bertemu dengan semua anak-menantu dan cucu-cucu tentu merupakan kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Dan karena saya sebagai anak bungsu sekaligus anak yang tinggalnya paling jauh dari rumah - tidak dapat setiap saat pulang - maka momen Ramadan dan lebaran ini benar-benar momen yang paling tepat untuk melepas kerinduan berkumpul sebagai keluarga.

Arti Ramadan yang ketiga saya dapatkan ketika dua tahun lalu saya dan suami memutuskan menyekolahkan putri sulung kami di sebuah pesantren. Ramadan satu bulan penuh adalah rewardnya berkumpul dengan keluarga. Tidak dapat berjumpa dengan si sulung setiap hari, membuat saya menurunkan frekuensi dan ritme mengomel khas ibu-ibu kalau anaknya bersikap tidak memuaskan. Ramadan ini, saya melihat si sulung dengan kacamata yang lain. Ia telah menjelma menjadi remaja yang mau membantu pekerjaan rumah, dan bisa dimintai tolong menjaga adik-adiknya. Ramadan adalah saatnya saya mensyukuri semua nikmat yang telah diberikan Allah SWT dalam kehidupan saya. Kesehatan, anak-anak yang beranjak besar, suami siaga, dan keluarga besar di Malang - yang pada hari-hari biasa mungkin dianggap biasa, tidak demikian ketika Ramadan tiba. Ramadan memberi jeda untuk memahami keberkahan luar biasa yang telah saya terima dalam hidup. Berkah Ramadan bagi saya, adalah pemahaman bahwa selalu ada cinta yang terus berkembang yang membuat kita rela mengorbankan yang terbaik untuk kebahagiaan keluarga. Saya selalu berharap demikian seterusnya kelak dengan Ramadan Ramadan yang diperbolehkan Allah untuk saya jumpai. Dan juga untuk anak-anak saya, sejauh apapun mereka terbang kelak, Ramadan akan selalu membawa mereka kembali kepada saya.InsyaAllah.

Gambar: Senja di Tepi Losari

Ramadhan yang menggerakkan jariku

Assalamualaikum,
Detik-detik berlalu tak terasa tahun 2019 telah menapak di bulan ke lima. Sungguh memang waktu sangat cepat berjalan dan tak terasa ia telah meninggalkan kita yang sibuk berkutat dengan hal-hal - yang kemudian kita sadari di belakang, kurang berarti.
Tahun 2019 ini, baru sekali inilah goresan pikiranku kembali menghiasi blog ini. Betul, ini tulisan pertama di blog tahun 2019. Memprihatinkan bukan, mengingat aku selalu berkoar-koar bahwa hobiku adalah menulis. Elo nulis ape? Kenape blog macam rumah kosong berhantu?
Masih nulis, sih. Salah satu penyebab blog ini kosong agak lama adalah aku bikin blog baru khusus untuk resensi buku-buku yang telah kubaca. Kalau mau lihat-lihat boleh di sini.
Jadi di blog yang ini nantinya sama sekali nggak akan ada postingan resensi buku.

Selain nulis di blog baru yang sampai detik ini baru berisi empat postingan (tutupmuka), aku juga nulis status fb (ini bukan prestasi sih tapi nulis status fb itu juga make mikir lho kalau aku sih), dan berusaha menyelesaikan novel anak untuk lomba indiva. Resolusi menulisku di tahun 2019 ini mungkin cukup itu.
1. Mengisi blog resensi (artinya rutin membaca buku dan meresensinya)
2. Menulis status fb yang menghibur, syukur-syukur inspiring (karena sudah terlalu banyak status fb yang bikin tensi darah naik)
3. Menulis novel untuk lomba
4. Menulis lagi di blog ini

Mengapa tiba-tiba aku tergerak, karena di bulan ramadhan ini aku seolah dipaksa untuk berpikir ulang mengenai cita-citaku sebagai penulis. Apa yang sudah kamu upayakan agar itu tercapai? Ibarat mobil tua yang jalannya ndut-ndutan, kamu sudah disalip oleh berjenis-jenis mobil - bahkan ada juga mobil yang lebih butut. Kalau mobil itu bisa, kenapa kamu tidak? Bertahun-tahun menulis, apa hasil yang dapat kaubanggakan?

Di ramadhan ini, aku menelaah lagi niat dan cita-citaku dan memutuskan untuk lebih serius lagi.Dan untuk serius, yang dibutuhkan hanyalah menulis dan menulis.

Gambar: kiriman dari mbak Watiek Ideo di grup wa.
COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES