Kamis, 09 Agustus 2018

[Resensi Buku]: Seorang Wanita Penghiburpun Berhak Mencintai



Judul buku      : Gadis Berbunga Kamelia
Penulis             : Alexandre Dumas Jr
Penerbit           : Bentang
Tahun terbit     : Cetakan I, 2009
Tebal               : 319 halaman
ISBN               : 978-979-1227-47-6


Sebuah roman sastra biasanya ditulis dengan kalimat yang sederhana dan indah. Berisi kisah yang walau fiksi namun terasa nyata karena merupakan hasil renungan sang sastrawan/sastrawati tentang suatu peristiwa dan pandangan hidupnya pada peristiwa itu. 

Novel Gadis Berbunga Kamelia, awalnya saya beli karena tertarik pada judulnya. Penasaran pada frasa bunga Kamelia yang tersemat. Kenapa? Karena putri bungsu saya namanya Kamelia. Dengan alasan sentimentil ini saya mengawali membaca novel karya Alexandre Dumas Jr ini, seorang sastrawan Perancis terkenal pada zamannya. Novel La Dame aux Camelias (judul dalam bahasa aslinya) telah diadaptasi ke dalam lebih dari 20 film layar lebar. Wow.

Novel ini mengkisahkan seorang perempuan penghibur yang sangat cantik bernama Marguerite Gautier, khususnya mengenai sepotong kisah cinta dalam sepenggal akhir masa hidupnya bersama seorang pemuda bernama Armand Duval. Marguerite yang cantik sangat menyukai bunga Kamelia, karena itu ia juga terkenal dengan julukan wanita bunga kamelia. Walau telah menjajakan cinta ke banyak lelaki kaya dalam hidupnya, saat ia berhubungan dengan Armand Duval, Marguerite telah memutuskan untuk hijrah dari masa lalunya yang kelam. Ia berusaha melunasi semua utangnya, untuk kemudian hidup bahagia bersama Armand yang penghasilan tahunannya  tak terlalu besar. Tidak terlalu besar untuk gaya hidup Marguerite sebelumnya yang bergelimang kemewahan, namun cukup untuk hidup mereguk kebahagiaan bersama, dalam sebuah rumah kecil di pedesaan. Sangat romantis. Demikian juga untuk Armand, cinta Marguerite adalah cinta yang tak ingin ia bagi dengan lelaki lain. Walau demam asmara telah membuatnya lupa mengunjungi ayah dan adiknya, namun ia sudah merencanakan masa depan yang indah bersama Marguerite.

Benar, menjadi seorang wanita penghibur bukan berarti lalu ia tak berhak untuk bahagia. Marguerite sangat berhak untuk bahagia. Namun masa lalu kelam tak akan dapat terhapus begitu saja oleh satu upaya mulia Marguerite dan Armand demi cinta mereka. Sesuci apapun cinta mereka, tak akan dapat menghapus kesan yang tertanam di benak orang-orang yang menganggap diri mereka paling suci. Walaupun ia seorang wanita penghibur, Marguerite masih punya harga diri sehingga ia rela meninggalkan Armand demi permohonan seorang ayah yang khawatir pada masa depan anak-anaknya. Hingga di akhir masa hidupnya, Marguerite harus mengalami penderitaan-penderitaan yang ia tanggung dengan sangat tabah dan ia harapkan menjadi penghapus semua dosa-dosanya di masa silam.

Seperti kata si penulis di akhir cerita, tak semua wanita penghibur memiliki ketulusan hati seperti yang dimiliki Marguerite. Marguerite, adalah sebuah pengecualian. Karena jika ia bukan pengecualian, maka ia tak layak untuk dituliskan.

Siapapun termasuk saya pasti sebal dan mengutuk pekerjaan sebagai wanita penghibur, namun membaca novel ini saya menangis membayangkan penderitaan Marguerite. Ia hanya wanita penghibur yang masuk dunianya karena impitan kemiskinan. Ia mungkin lebih terhormat daripada pelakor. Ia mencintai tanpa berharap memiliki, sedangkan pelakor merampas kebahagiaan orang lain.
COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES