Senin, 26 Oktober 2015

Lima Kesalahan dalam Fiksi (Cerpen)

Kebetulan tadi di perpus nemu buku tentang nulis. Buku itu adalah sebuah handbook yang berisi essay-essay tentang kepenulisan. Saya translate sebagian untuk dibagikan. Here they are....




Lima Kesalahan dalam Fiksi (Cerpen)

1. Opening yang buruk
Paragraph pertama harus langsung menohok. Masukkan sesuatu yang baru di kalimat pertama. Sesuatu yang unik mengenai karakter atau situasi yang membuat kita ingin terus melanjutkan membaca. Tentu saja paragraph selanjutnya juga harus sama menariknya.

2. Overwriting
Cerpenmu terlalu banyak kalimat penjelas, detail yang tidak perlu, bertele-tele dan tidak to the point. Solusinya: endapkan ceritamu setelah menyelesaikannya, baca dan revisi seminggu kemudian, potong kata-kata yang tidak penting.

3. Plot yang menyedihkan
Alur cerita terlalu sederhana. Terlalu kuno, itu-itu saja. Alur yang jadul boleh digunakan asal penulis memasukkan sesuatu yang ‘baru’ di situ. Misalnya kisah perjodohan, sejak zaman siti nurbaya itu alur yang umum. Coba memberikan kesan kekinian pada sebuah cerita dengan plot perjodohan.

4. Karakter yang tidak berkembang
Karakter yang diciptakan harus natural. Tidak stereotype, misalnya pengusaha selalu digambarkan kaku, rapi, perfeksionis. Lelaki pengangguran selalu digambarkan malas dan suka nongkrong. Coba gambarkan lelaki pangangguran yang tiap jumat malam ikut kursus line dance, tentu itu menarik.

5. Tidak ada point penting

Sebuah cerita harus dapat mengejutkan, atau menakutkan, atau membuat pembaca merenung, tertawa dan menangis. Kalau tidak, untuk apa dibaca? Tulis apa yang paling menarik buatmu. Karena jika kita menulis sesuatu yang tidak terlalu berarti, itu akan terlihat dan pembaca juga tidak akan tertarik.



7 deadly sins

Cerpenmu akan dilempar ke tempat sampah, jika kamu melakukan tujuh dosa mematikan berikut ini:
1. Terlalu berkhotbah
2.  Diawali dengan sesuatu yang klise, misal: Pada suatu malam yang gelap. Udara dingin berkabut, bla bla bla
3. Nama tokoh aneh, misal: Britynna, Merzemers, dll
4. Kurang pengetahuan, misalnya menulis tentang komputer, pastikan penulis paham istilah-istilah terbaru atau paling tidak bagian-bagian komputermu sendiri.
5. Cerita yang terlalu autobiografi, karena akan terkesan curhat.
6. Judul yang imut, misalnya Getting Vanessa, Moving Shane – ini agak kurang mudeng, mungkin maksudnya judul yang lugu, misalnya Kalya yang Cantik, atau Innovie si Keren … yahh semacam itulah (bukain kantung kresek).
7. Surat pengantar yang tidak profesional, misalnya:
-          Penuh informasi yang tidak relevan (editor tidak butuh info garis besar ceritamu, berapa lama kau menulisnya atau apa kesan seorang penulis yang (agak) terkenal tentang karyamu)
-          Tulis singkat, kalau mencantumkan karya, pilih karya-karya terbaru dan pastikan surat pengantarmu tak lebih dari satu halaman.

Bagaimana, naskahmu sudah bebas dari lima kesalahan dan tujuh dosa mematikan? Yuk, dicek ulang

By: Moira Allen (penulis lepas). The Writer. September 2002.

1 komentar:

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES