Minggu, 29 Mei 2016

Tip dan Trik Makan di Rumah Makan Padang a la Pak Kirman

Gambar dari google

Siapa Pak Kirman? Apakah dia tokoh baru dalam acara kuliner di televisi sebagai saingan Pak Bondan? Ataukah dia pemilik restoran Padang? Chef andal?
Bukan. Pak Kirman adalah sopir angkot jalur 23, yang tiap hari wira-wiri Terminal Pakem-Ps. Kranggan (pp), Jogja.

Ya, benar. Beliau sopir angkot separuh baya yang suka mengajak ngobrol penumpang, terutama yang duduk di bangku depan, di sebelahnya.
Suatu pagi saat kebetulan saya  berada di tempat terhormat itu, dalam rangka berkendara dari Jl. Palagan km 15 turun di SMP 6, saya mengais sedikit ilmu dari Pak Kirman.

“Bu, kalau ibu masuk di rumah makan padang, saya sarankan ibu duduk di bangku yang menghadap tembok. Jangan tempat duduk yang kursinya berhadap-hadapan.”

“Lho, kenapa begitu, Pak?” tanya saya. Soalnya terus terang saya benci makan menghadap tembok.

“Yang makan di restoran padang itu kan banyak, Bu. Saat ramai pengunjung, kadang ada orang yang duduk semeja dengan kita. Di hadapan kita.”

“Lalu?”

“Nah, kalau orang itu datang lebih dulu dari ibu, bisa jadi dia selesai makan lebih duluan, kan? Saat ibu sedang memulai makan, eeh … orang itu cuci tangan di kobokan. Airnya kan tepercik. Lebih parah lagi, kalau orang itu merokok … mengganggu sekali kan, Bu? Lalu … ada yang lebih menjijikkan lagi. Coba tebak, Bu.”

“Hmmm … apa, ya? Slilit, ya?”

“Yaaa, Bu. Bener. Kita sedang asyik makan, eeh … orang asyik mencongkel-congkel kotoran di giginya dengan tusuk gigi. Itu membuat selera makan hilang, Bu.”
Meledaklah tawa saya. Terus terang yang diceritakan Pak Kirman itu tak pernah terbayangkan oleh saya sebelumnya. Usut punya usut, ternyata beliau pernah mengalami sendiri hal seperti itu.

“Satu lagi nasihat saya, Bu. Kalau makan di warung Padang, carilah yang Minang. Lalu makannya pelan-pelan. Dihayati, Bu. Itu rasanya mantappp sekali.”

Ooh, baiklah, Pak.

“Saya turun di tempat biasa. Berapa biayanya, 5000 atau 6000?”

“5000 saja, Bu. 6000 itu kalau sama orang lain.”

“Ooh, saya dapat harga khusus?”

“Bukan harga khusus, Bu. Kita kan sudah kenal baik.”

“Hahaha, … Baik, terima kasih, Pak.”


Dan angkot pun berhenti, dan saya turun. Lain kali, akan saya share lagi jika ada tip menarik dari Pak Kirman, hahaha.

Gambar dari google
Angkot no 23, tapi yang di gambar angkot Bandung, hahaha.

7 komentar:

  1. hahaha...kenalanmu akrabmu ajib kabeh...pak angkot, pak ojek

    BalasHapus
  2. Pak Kirman namanha bapakku Mbak. Hahaha. Tipsnya boleh juga tu mbak. Hahaha. Pak Kirman di mana-mana baik ya Mbak. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ooh ... sama namanya bapak dengan teman baruku si sopir angkot, ya Liy? Hehhee....

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES