Gambar dari google
Siapa Pak Kirman? Apakah dia tokoh baru dalam acara kuliner
di televisi sebagai saingan Pak Bondan? Ataukah dia pemilik restoran Padang?
Chef andal?
Bukan. Pak Kirman adalah sopir angkot jalur 23, yang tiap
hari wira-wiri Terminal Pakem-Ps. Kranggan (pp), Jogja.
Ya, benar. Beliau sopir angkot separuh baya yang suka
mengajak ngobrol penumpang, terutama yang duduk di bangku depan, di sebelahnya.
Suatu pagi saat kebetulan saya berada di tempat terhormat itu, dalam rangka
berkendara dari Jl. Palagan km 15 turun di SMP 6, saya mengais sedikit ilmu
dari Pak Kirman.
“Bu, kalau ibu masuk di rumah makan padang, saya sarankan
ibu duduk di bangku yang menghadap tembok. Jangan tempat duduk yang kursinya
berhadap-hadapan.”
“Lho, kenapa begitu, Pak?” tanya saya. Soalnya terus terang
saya benci makan menghadap tembok.
“Yang makan di restoran padang itu kan banyak, Bu. Saat
ramai pengunjung, kadang ada orang yang duduk semeja dengan kita. Di hadapan
kita.”
“Lalu?”
“Nah, kalau orang itu datang lebih dulu dari ibu, bisa jadi
dia selesai makan lebih duluan, kan? Saat ibu sedang memulai makan, eeh … orang
itu cuci tangan di kobokan. Airnya kan tepercik. Lebih parah lagi, kalau orang
itu merokok … mengganggu sekali kan, Bu? Lalu … ada yang lebih menjijikkan
lagi. Coba tebak, Bu.”
“Hmmm … apa, ya? Slilit, ya?”
“Yaaa, Bu. Bener. Kita sedang asyik makan, eeh … orang asyik
mencongkel-congkel kotoran di giginya dengan tusuk gigi. Itu membuat selera
makan hilang, Bu.”
Meledaklah tawa saya. Terus terang yang diceritakan Pak
Kirman itu tak pernah terbayangkan oleh saya sebelumnya. Usut punya usut,
ternyata beliau pernah mengalami sendiri hal seperti itu.
“Satu lagi nasihat saya, Bu. Kalau makan di warung Padang,
carilah yang Minang. Lalu makannya pelan-pelan. Dihayati, Bu. Itu rasanya
mantappp sekali.”
Ooh, baiklah, Pak.
“Saya turun di tempat biasa. Berapa biayanya, 5000 atau
6000?”
“5000 saja, Bu. 6000 itu kalau sama orang lain.”
“Ooh, saya dapat harga khusus?”
“Bukan harga khusus, Bu. Kita kan sudah kenal baik.”
“Hahaha, … Baik, terima kasih, Pak.”
Dan angkot pun berhenti, dan saya turun. Lain kali, akan
saya share lagi jika ada tip menarik dari Pak Kirman, hahaha.
Gambar dari google
Angkot no 23, tapi yang di gambar angkot Bandung, hahaha.
hahaha...kenalanmu akrabmu ajib kabeh...pak angkot, pak ojek
BalasHapusajib ... ajib ... ajib
HapusPak Kirman namanha bapakku Mbak. Hahaha. Tipsnya boleh juga tu mbak. Hahaha. Pak Kirman di mana-mana baik ya Mbak. Hehe
BalasHapusOoh ... sama namanya bapak dengan teman baruku si sopir angkot, ya Liy? Hehhee....
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus