Jumat, 13 Mei 2016

Ada Apa Dengan Cinta 2

Nonton AADC2 merupakan satu agenda saya saat tiba waktu ke Jogja lagi. Kenapa harus nonton di Jogja? Apa supaya matching dengan setting-setting AADC2 yang sebagian besar di Jogja? Nggak ... alasannya nggak seromantis itu. Alasannya bahwa saya ke Jogja dalam posisi tanpa bawa buntut ... hehehe. Curang banget niy emak-emak mau me time. Tapi jangan kuatir ya para pembaca ... saya sudah mengantongi surat izin nonton AADC2 dari suami tercinta.

Jadi setelah saya siap menonton, saya baru mencari teman buat nonton. Siapa lagi kalau bukan teman-teman IIDNers yang saya colek. Secara khusus saya colek Mbak Agustina Purwantini yang pasti pingin nonton karena ia adalah penyair seperti Rangga. Lalu saya juga ajak-ajak sekelompok kecil ibu-ibu keren di sebuah grup.

Pada hari H saya janjian dengan mbak Agustina di sebuah halte Trans Jogja. Yeah, kami berdua itu sama-sama nggak bisa naik motor. Jadi ya mobilitas kami tergantung dari transportasi umum. Naik trans sampailah kami di mal Ambarukmo Plaza, tempat di mana kami mau nonton. Lapar membuat kami singgah di sebuah kedai pempek. Saya makan siomay, mbak Agus makan tekwan.

Di bioskop, antrean panjang mengular. Sudah ada mbak Irfa Hudaya dan mbak Etyastari Soeharto menunggu kami untuk menggantikan posisi antrean karena mereka berdua mau sholat dulu. Jadilah saya dan mbak Agus mengantre tiket sambil ngobrol random. Mbak Agus lebih fokus mengamati para calon penonton dan mencari muka-muka seumuran. Yee, gak usah gitu kali mbaak. Justru anak-anak ABG itu yang sebetulnya tidak pada tempatnya nonton AADC2. Film ini untuk mereka yang sudah nonton AADC1 dan juga untuk mereka yang sudah paham bahwa ciuman bibir itu rasanya nggak semenggairahkan visualisasinya (eh masak sih? huahaha).

Yah, begitulah, sebelum nonton, saya sudah memberi bocoran pada mbak Agus bahwa di film ini bakal ada tiga kali lip kisses. Kok tau? Iya, soalnya sebelumnya saya baca status temen di FB yang mengulas hal itu. Jadi ... selama nonton malah adegan itu yang kami tunggu plus ngitung, beneran tiga kali, nggak? Huahaha, dasar emak-emak.

So, bagaimana AADC2 dalam pandangan emak-emak seperti saya? AADC2 buat saya adalah visualisasi persahabatan yang hangat antara Cinta dan sahabat-sahabat SMAnya. Sangat manis ... Saya juga punya geng SMA namun sayang tidak bertahan sekuat geng Cinta karena kesibukan kami masing-masing. Ada geng kuliah, juga tak bisa sekompak itu. Persahabatan yang seperti Cinta and friends saya dapatkan dari sahabat waktu kuliah, Indah juga namanya, sama seperti saya.

AADC2 juga CLBK antara Cinta dan Rangga. Senang melihat bagaimana Cinta setelah berdamai dengan Rangga, senyum-senyum suka menjalani travelling sehari bersama Rangga. So romantic. AADC2 juga adalah Rangga yang menyimpan cinta begitu lama dalam ketidakberdayaannya. Cinta yang kuat yang akhirnya mendobrak batas keangkuhannya. Batas antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi. Ya, ada lelaki seperti Rangga dalam kehidupan nyata. Saya pernah mengenal seseorang seperti Rangga. Mungkin akan saya ceritakan dalam postingan yang berbeda.

AADC2, juga adalah Jogja dalam bingkai yang berbeda. Tidak ada Malioboro atau Parangtritis atau Kraton atau icon lain yang sudah sangat biasa. Semua setting Jogjanya luar biasa, paling tidak untuk saya, yang sudah tinggal selama enam tahun di Jogja namun ternyata belum kemana-mana ... hihhi ... kode keras, siapa tahu mau ada yang ngajak travelling.

Baiklah, akhir kata, AADC2 sangat menghibur. Hikmahnya, jika menjalin hubungan dengan seseorang, sebaiknya tuntaskan. Akhiri dengan baik-baik dan penjelasan yang dapat dipahami. Karena cinta yang diakhiri dengan ketidakjelasan, suatu hari akan datang kembali sebagai bom waktu. Untung Cinta baru tunangan ... bagaimana kalau sudah menikah? Apakah hadirnya Rangga mampu mengguncang mahligai perkawinannya? Hmm ... lebih rumit bin ruwet mungkin ... dan Mira Lesmana serta Riri Riza lebih memilih untuk membuat film yang manis-manis so sweet dan tidak terlalu mengundang kontroversi.



7 komentar:

  1. untuk mereka yang sudah paham bahwa ciuman bibir itu rasanya nggak semenggairahkan visualisasinya --> ngakak di bagian ini. Hahaha...

    BalasHapus
  2. untuk mereka yang sudah paham bahwa ciuman bibir itu rasanya nggak semenggairahkan visualisasinya --> ngakak di bagian ini. Hahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi...aih mbak yanti jadi malu akuh. makasih sudah mampir yah

      Hapus

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES