Akibat jarang tarawih di masjid itulah saya berasa kurang piknik ketika mendapati bahwa tarawih di Masjid Al Hidayah berbeda dengan sistem sholat tarawih yang pernah saya alami di masjid selama ini, maupun sholat yang biasa saya jalankan di rumah. Saya biasanya sholat tarawih delapan rakaat plus tiga sholat witir, dengan aturan dua rakaat salam-dua rakaat salam; witirnya juga dua rakaat salam plus satu rakaat salam.
Jadi saya agak kaget dengan sistem di Al Hidayah yang tarawihnya empat rakaat salam, tanpa duduk tasyahud awal. Witirnya juga langsung tiga rakaat salam, tanpa duduk tasyahud awal. Jadi walaupun agak nggak terbiasa, saya ikuti juga namanya saya makmum. Pulang baru saya bertanya pada suami saya via whatsapp, dan dia mengatakan bahwa yang seperti itu juga bisa. Alhamdulillah, begini seharusnya kalau punya suami. Harus bisa menjawab saat istri bertanya masalah-masalah agama.
Tapi perilaku saya sebenarnya juga ada minusnya. Seharusnya saya tidak cukup puas dengan penjelasan suami, tapi harus langsung mencari sumber penjelasan dari buku atau internet. Ya, tapi saya sedang belum ada waktu, jadi nanti saja saya cari buku tentang sholat tarawih ini. Hehehe, sebenarnya pernah baca sih, buku karangan my best friend Agustina Soebachman, cuma samar-samar yang teringat. Maafkanlah ingatan temanmu yang pendek ini.
Jadi, nanti malam ke sebelas apa pergi tarawih lagi? Insyaa Allah. Semoga diberi kekuatan untuk berangkat tarawih dan tidak hujan, ya.
Gambar dari google
heh????? tak kukira engkau baru tahu soal iniiihh
BalasHapusIya Mbak. Kalau sholat sendiri, aku ambil 11 rakaat dikerjakan dua rakaat salam. Kalau di masjid yang dulu biasa kutempati sholat tarawih biasanya selalu 23 rakaat dikerjakan dua rakaat salam dengan kecepatan ingin menyaingi kecepatan cahaya ... wehehhe, lebay. Apapun tarawihnya, yang penting niatnya. Meraih ridha Allah, aamiin
BalasHapus