Sabtu, 02 Januari 2016

Cerpen kelima di majalah Bobo: Kejutan Buat Ibu



Kejutan Buat Ibu
Oleh: Kalya Innovie

            Naya itu malas. Begitu kata Ibu. Disuruh les musik, ogah. Disuruh les tari, nggak mau. Disuruh les berenang, geleng kepala. Setiap ditawari les, jawabnya: Ah, itu kelihatannya susah. Hanya satu les saja yang tidak bisa ditolaknya, yaitu les mengaji.
            Sebenarnya niat Ibu baik. Ingin Naya ada kegiatan yang bermanfaat. Selama ini, sepulang sekolah, kerja Naya hanya mendekam di kamar membaca koleksi bukunya. Soal buku ini, Ibu sudah sempat punya ide.
            “Nay, pengarang buku-buku yang kamu baca itu, semua masih anak-anak seperti kamu, lho.”
            “Iya, memang, Bu. Kan ada profil penulis di belakang buku. Ada yang kelas empat seperti Naya, kok.”
            “Nah, kenapa kamu nggak coba nulis juga seperti mereka? Nulis cerita sehari-hari. Latihan dari yang gampang dulu,” usul Ibu.
            Naya melirik Ibu, lalu mengeluarkan kata-kata yang sudah dihafal oleh Ibu.
            “Ah, itu kelihatannya susah, Bu.”
            “Dicoba dulu,” bujuk Ibu.
            “Ah, itu kelihatannya super susah, Bu. Sudah, ya. Naya mau main dulu ke rumah Fika. Dadah Ibu!” Naya cepat beranjak, mencium pipi Ibu sekilas, lalu lari keluar. Menuju rumah Fika, sahabat barunya.
*
            Fika dan keluarganya baru seminggu menempati rumah di sebelah rumah Naya. Pertama datang, keluarga Fika langsung berkeliling berkenalan dengan tetangga dekat. Mama Fika bahkan membawa bolu pandan untuk Naya sekeluarga. Karena Naya dan Fika seumur, mereka dengan cepat saling bersahabat.
            “Fika, main, yuk!” seru Naya memanggil sahabatnya.
            Kepala Fika nongol dari jendela rumah.
            “Hai, Nay, mau main ke mana?”
            “Main ke sungai, atau ke pos ronda, yuk,” ajak Naya. Sungai dan pos ronda adalah dua tempat favorit untuk main anak-anak di kompleks.
            “Mama melarangku main di sungai. Masuk saja, Nay, kita main di rumahku. Kita main sulapan.”
            “Sulapan?” tanya Naya.
            Fika mengajak Naya masuk ke dapur rumahnya. Di situ ada Mama Fika memakai celemek, menghadapi meja yang penuh bahan-bahan kue.
            “Halo, Naya, yuk ikut sulapan sama kami,” ajak Mama Fika sambil tersenyum.
            “Sulapan? Bikin kue, maksudnya?” tanya Naya.
            “Iya. Bikin kue tu kayak sulapan, lho. Coba, bayangin tepung yang kayak bedak ini, bisa jadi kue yang harum dan enak. Kayak disulap, toh?”
            “Sudah, ayo Naya, kamu kocok telur di baskom kecil ini, ya,” Mama Fika menyerahkan baskom pada Naya.
            Tak bisa mengelak, Naya mulai mengocok sebutir telur. Dikocok biasa saja pakai sendok, tidak usah mixer! Mama Fika menambahkan tepung, mentega dan ragi ke dalam baskom.
            “Nah, biar Fika yang menguleni. Naya cukup melihat saja, ya.”
            Naya melihat Fika menguleni adonan kue. Menguleni adalah meremas-remas adonan sampai bisa dibentuk. Dalam beberapa menit, adonan berubah menjadi bongkahan padat dan liat.
            “Nah, ini dibiarkan dulu selama satu jam. Bermainlah dulu kalian di kamar.”
            Fika mengajak Naya menunggu di kamarnya. Setelah satu jam, adonan yang dibiarkan itu rupanya telah mengembang. Mama Fika meninju bongkahan adonan, lalu meminta Naya dan Fika untuk membentuk adonan menjadi bulatan-bulatan berukuran sedang. Lalu bulatan itu dilubangi hingga serupa cincin raksasa. Tahap berikutnya, adonan siap digoreng.
            “Ooh…kita sedang bikin donat?” tanya Naya baru tersadar. Fika dan Mamanya tersenyum lebar.
            “Setelah ini bagian yang paling keren, adalah menyulap donat-donat itu menjadi cantik!” ucap Fika. Ia menyiapkan keju parut, cokelat meses, cokelat pasta, gula-gula kecil warna-warni sebagai hiasan.
            Setelah donat dingin, Naya dan Fika mulai menghias sesuka hati. Berkreasi seindah mungkin. Fika membuat Donat dengan topping cokelat meses campur keju parut. Naya membuat topping selai nanas.
            “Aku belum pernah makan donat topping selai nanas. Tapi tak apalah. Sepertinya itu akan lezat,” ucap Naya.
            “Bagaimana, asyik, kan, menyulap bahan-bahan menjadi kue yang cantik?” tanya Mama Fika.
            “Bikin kue memang seperti sulapan ya, Te. Seperti main-main. Dan ternyata asyik juga,” ucap Naya bersemangat.
            “Nah, bawakan Ibumu beberapa kue hasil kreasimu, ya. Ibumu pasti senang.”
*
            Naya membawa pulang beberapa potong donat hasil kreasinya. Ibu melongo melihat donat-donat cantik yang dibawa Naya pulang. Apalagi saat Naya dengan bergairah menceritakan pengalamannya hari itu.
            “Hmm, donatnya enak, Nay,” puji Ibu mengunyah satu donat.
            “Sekarang, Naya sudah tahu hobi Naya apa selain membaca, Bu. Naya suka sekali sulapan!” seru Naya ceria.
            “Sulapan? Lho, kok, sulapan, sih?” tanya Ibu bingung. Apa hubungannya dengan bikin kue?
            “Maksud Naya, menyulap tepung, telur dan mentega, menjadi kue yang lezat, Bu! Nanti, Naya mau pinjam buku resep Ibu, ya?”

            Ibu mengangguk senang. Ternyata, menggali minat dan bakat Naya, tidak cukup dengan menawarkan berbagai les. Dengan langsung praktek, akhirnya muncul juga minatnya membuat kue. Dengan langsung praktek, nggak ada lagi kata-kata: Ah, itu kelihatannya susah.**

16 komentar:

  1. Bener beud, yg penting bgmn orang tua memberikan praktek langsung apa bakat anaknya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu waktu sd saya langganan bobo. Paling suka baca rong rong...

      Hapus
    2. Ayo langganan lagi buat kiddos atau ponakan. Bona masih ada lho, juga paman kikuk dan kisah oki dan nirmala di negeri dongeng

      Hapus
  2. Makin kaya ide nih... Proud of you mbaaakk...

    BalasHapus
  3. recomended banget buat tugas sekolah..

    BalasHapus
  4. Bagus sekali, mbak, ijin memajangnya juga di blog saya, tenang link back ada kok hiihii.. ^_^

    BalasHapus

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES