Selasa, 16 Agustus 2016

Memulai Olah Raga Lari: (3) Hari yang Berbeda

Hari ini aku mulai lagi berlari. Tak lama setelah adzan subuh berhenti, aku bersiap-siap. Di luar langit sudah tak segelap dua hari yang lalu saat aku memulai olah raga lariku. Aku pemanasan sekadarnya lalu mulai jalan santai pelan-pelan. Laundry seberang jalan sudah buka dan ada dua ibu-ibu pulang dari masjid sedang berbincang di pinggir jalan. Kedua ibu itu lalu berpisah dan salah satu mendekat padaku lalu menyapa. Ooh, rupanya dia adalah ibu-ibu yang punya warung depan kantor, tempat aku sering membeli snack. Lalu kami ngobrol sekadarnya sampai tiba depan rumahnya dan ia masuk. Aku meneruskan berlari-lari kecil. Ke arah utara.

Ruteku kali ini tetap, kutambah beberapa meter ke depan. Hawa dingin sejuk. Dan gunung merapi nampak samar di hadapan. Kakiku masih terasa pegal, tapi aku terus berlari dan sesekali berjalan pelan. Saat aku kembali turun berbalik ke arah selatan, aku melihat siluet bapak-bapak tua bersarung dengan seekor anjing di hadapanku. Aku berjalan pelan. Perasaanku kurang baik. Nah, benar saja, si anjing akhirnya mendekatiku, walau tanpa menggonggong. Aku jalan pelan berusaha tenang mendengarkan langkah-langkah anjing di belakangku. Tapi lalu si anjing berhenti mengikutiku. Mungkin aku kurang menarik baginya, ya. Belum mandi soalnya, wkkk.

Aku lanjut lari kecil. Beda ya kalau jalan turunan dengan tanjakan. Makanya pas berangkat tadi berat, pas pulang rada ringan. Nah ada yang menyerangku di sini. Yaitu rasa gatal tak terkira dari paha sampai kaki. Ini penyakitku sejak kecil. Kalau lari pagi pasti kaki gatal-gatal. Aku belum tahu kenapa sih. Logikaku ini karena panas tubuh yang bergesekan dengan udara dingin. Jadi semacam alergi dingin, gitu, ya? Entahlah, nanti aku gugling aja penjelasan ilmiahnya.

Oke...sekian jurnalnya. See you tomorrow...

Gambar dari dunialari.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES