Pengentasan
Kemiskinan Melalui Beras Miskin (Raskin), Mungkinkah?
Judul Buku :
Pembasmian Kemiskinan, Perspektif Sosiologi-Antropologi
Penulis :
DR. Swis Tantoro, M.Si
Penerbit :
Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan :
I, Desember 2014
Tebal buku :
184 halaman
ISBN :
978-602-229-435-1
Kemiskinan merupakan
sebuah kata yang sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia. Telah sering
kita dengar kalimat yang mengandung kontradiksi, Indonesia negeri kaya, dengan
masyarakat yang miskin. Tidak hanya di Indonesia saja, namun kemiskinan telah
menjadi sebuah issue yang sangat penting di seluruh dunia, hingga penelitian
mengenai kemiskinan selalu dilaksanakan dari waktu ke waktu.
Buku ini merupakan sari
dari disertasi yang disusun oleh penulis, saat menempuh studi jenjang S3 di
Malaysia. Mengambil topik kemiskinan, dan fokus penelitian pada salah satu
program pemerintah dalam mengatasi kemiskinan, yaitu program beras miskin
(raskin). Buku ini menjelaskan bagaimana program raskin dilaksanakan dan apa
saja kendala dalam penyaluran raskin. Lokasi penelitian dilakukan di kota
Pekanbaru. Walaupun hasil penelitian dalam buku ini adalah gambaran lokal di
Pekanbaru, namun dapat menjadi cermin dan pelajaran untuk perbaikan program
raskin baik di Pekanbaru sendiri maupun di daerah lain di Indonesia. Menarik
tentunya, mengingat di akhir 2014 telah muncul wacana bahwa pemerintah akan
menghapus program beras miskin dan menggantikannya dengan e-money untuk membeli
beras.
Ada enam ‘tepat’ yang
harus dipenuhi untuk memastikan penyaluran raskin yaitu: tepat sasaran, tepat
jumlah, tepat mutu, tepat waktu, tepat harga dan tepat administrasi.
Kenyataannya, selalu ada kendala yang menyebabkan raskin tidak tepat sasaran,
seperti data masyarakat miskin yang tidak sesuai. Tidak tepat jumlah, karena
ada kelurahan yang punya ‘kebijakan’ tersendiri sehingga membagi rata jatah
raskin pada semua penduduknya baik miskin maupun tidak. Tidak tepat mutu,
banyak beras yang apek, kotor dan berkutu. Tidak tepat waktu, kadang terlambat
hingga dua minggu karena penyetoran hasil penjualan raskin bulan sebelumnya
belum dilakukan. Tidak tepat harga, masyarakat membayar lebih untuk biaya
tambahan. Tidak tepat administrasi, syarat-syarat administrasi tidak terpenuhi
pada waktunya. Walaupun mengakui banyak kendala pada program raskin, tapi
penulis buku ini menyarankan pemerintah
agar meneruskan program ini dengan melakukan perbaikan-perbaikan. Penulis
percaya bahwa program ini dapat mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
ketahanan pangan masyarakat.
Dari sisi judul,
sebetulnya judul buku ini kurang sesuai, karena saya tidak menemukan perspektif
sosiologi-antropologi di dalamnya. Kalaupun ada, itu hanya dipaparkan sedikit
di bagian tinjauan pustaka. Judul yang lebih sesuai adalah Program Raskin di
Indonesia: Studi Kasus Kota Pekanbaru. Walaupun judul kurang sesuai, menurut
saya isi buku ini penting, khususnya
untuk menambah wawasan kita mengenai program raskin dan kendalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar