Kamis, 05 November 2015

Cerpen keempat di Majalah Bobo: Pergilah Kau, Koles



Pergilah Kau, Koles
Oleh: Kalya Innovie

            Pulang sekolah, lapar dan haus. Seperti biasa, Dina langsung menuju meja makan.
            “Ha? Ayam kukus lagi?” Dina menggumam sambil melongok hidangan di bawah tudung saji.
            “Lihat, aku lihat, Kak!” Syafiq, adiknya, ikut-ikutan melongok ke bawah tudung saji. “Yaah…” Syafiq mendesah kecewa. Di bawah tudung saji ada ayam kukus, tumis kacang panjang dan tahu bacem, sebagai menu makan siang mereka.
            “Sudah lama sekali kita tidak makan ayam goreng, ya, Fiq?” keluh Dina. Syafiq mengangguk sedih.
            “Hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, Fiq,” ucap Dina.
            “Maksud Kakak?”
            “Kita harus demo,” bisik Dina di telinga Syafiq.
Mata Syafiq membulat. “Bakar ban, Kak?” tanyanya
Dina tertawa. Dulu mereka pernah lewat sebuah kampus saat mahasiswa sedang demo, membakar ban memprotes kenaikan BBM. Waktu itu Syafiq bertanya pada Papa, ada apa. Lalu Papa jawab, sedang ada demo. Rupanya dalam kepala Syafiq, demo itu identik dengan bakar ban.
Dina menjelaskan pada adiknya. Demo, atau kependekan dari demonstrasi, adalah ungkapan rasa kecewa karena sesuatu yang di luar harapan kita.
“Caranya bagaimana, Kak?”
Dina berbisik lagi di telinga Syafiq. Syafiq membelalak. Mogok makan? Wah, nanti lapar, dong. Walaupun Syafiq memang ingin makan ayam goreng, tapi ayam kukus buatan Mama juga enak. Masak tidak dimakan?
“Eh, kalian lagi pada ngapain? Pulang sekolah bukannya ganti baju, malah bisik-bisik dekat meja makan?” Mama datang dari belakang rumah, membawa baju-baju yang sudah kering usai dijemur. “Cepat ganti baju, lalu makan.”
Dina dan Syafiq mencium tangan Mama, lalu menuju kamar masing-masing. Setelah ganti baju, Dina langsung berbaring-baring di kasur, membaca-baca buku. Sementara Syafiq, langsung keluar kamar dan menuju meja makan. Di kamarnya, alis Dina terangkat mendengar suara denting sendok beradu dengan piring – dari ruang makan.
“Syafiiiiiiiqqqqqq!!” teriak Dina kesal. Harusnya kan, mereka mogok makan.
*
            Sorenya Dina dan Syafiq protes pada Papa.
            “Kenapa sih, Pa … akhir-akhir ini, Mama selalu masak serba kukus. Ayam, dikukus. Ikan, dikukus. Daging sudah jarang banget. Tempe tahu juga dikukus. Kami rindu ayam goreng,” keluh Dina.
            Papa terbahak.
            “Kenapa nggak bilang langsung sama Mama?”
            “Ih, sudah, Pa.”
            “Terus, jawaban Mama apa?”
            “Kata Mama, makanan yang serba kukus, itu sehat. Begitu, Pa.”
            “Nah, betul itu kata Mama.”
            “Yaah, Papa. Malah jadi pendukung Mama.”
“Sabar, ya. Nanti Papa bilang sama Mama deh, supaya sesekali bikin ayam goreng lagi. Mama kalian itu sedang diet rendah kolesterol. Sebulan lalu, Mama cek kolesterol dan ternyata kolesterol Mama cukup tinggi.”
“Koles-koles itu apa sih, Pa?” tanya Syafiq.
“Ko-les-te-rol, bukan koles-koles,” ralat Papa. “Kolesterol itu lemak jahat. Hii, kalian tahu ternyata di tubuh kita ada lemak jahat dan lemak baiknya. Lemak jahat bisa menyumbat aliran darah ke jantung.”
“Makanan yang digoreng itu minyaknya bisa jadi lemak jahat, ya, Pa?” tanya Dina.
Papa mengangguk.
“Kasihan Mama, ya,” bisik Syafiq sedih. Dina pun terdiam. Demi kesehatan Mama, rasanya makan ayam kukus setiap hari, Dina rela.
“Tidak usah sedih, kadar kolesterol Mama belum terlalu tinggi, kok. Tapi tetap harus dijaga agar tidak naik lagi,” hibur Papa.
*
            Demi mengobati rindu ayam goreng, Papa mengajak Dina dan Syafiq makan ayam goreng kremes di warung langganan. Pada Mama, mereka pamit jalan-jalan. Mama juga tidak tertarik ikut karena ada pekerjaan di dapur yang harus diselesaikan.
            Sepulang makan, mereka bertiga singgah di toko buah. Papa membeli banyak alpukat dan belimbing manis.
            “Tumben sih, Pa? Biasanya beli apel dan jeruk?” tanya Dina.
            “Ini buat Mama. Rutin mengkonsumsi alpukat dan belimbing manis, dapat menurunkan kolesterol. Itu Papa baca di internet tadi siang.”
            “Ooh … penyakit koles-koles itu, kok, obatnya enak sih, Pa?” tanya Syafiq.
            Papa tergelak.
            Sesampai di rumah, Dina dan Syafiq memberikan oleh-oleh buah pada Mama.
            “Ma, ini buah untuk Mama. Dimakan rutin, bisa menurunkan koles-koles, lho,” ucap Syafiq.
            “Apa itu koles-koles?” tanya Mama tersenyum. “Terima kasih, ya. Oh ya, waktu kalian pergi tadi, Mama masak ayam kremes, lho. Mama kasihan, kalian jarang makan ayam goreng kesukaan kalian. Nah, sekarang Mama bikinkan. Ayo, buruan makan.”
            Papa, Dina dan Syafiq saling berpandangan. Ayam kremes lagi?”**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES