Pergilah Kau, Koles
Oleh: Kalya Innovie
Pulang sekolah, lapar dan haus.
Seperti biasa, Dina langsung menuju meja makan.
“Ha? Ayam kukus lagi?” Dina
menggumam sambil melongok hidangan di bawah tudung saji.
“Lihat, aku lihat, Kak!” Syafiq,
adiknya, ikut-ikutan melongok ke bawah tudung saji. “Yaah…” Syafiq mendesah
kecewa. Di bawah tudung saji ada ayam kukus, tumis kacang panjang dan tahu
bacem, sebagai menu makan siang mereka.
“Sudah lama sekali kita tidak makan
ayam goreng, ya, Fiq?” keluh Dina. Syafiq mengangguk sedih.
“Hal ini tidak boleh dibiarkan
berlarut-larut, Fiq,” ucap Dina.
“Maksud Kakak?”
“Kita harus demo,” bisik Dina di
telinga Syafiq.
Mata Syafiq membulat. “Bakar ban,
Kak?” tanyanya
Dina tertawa. Dulu mereka pernah
lewat sebuah kampus saat mahasiswa sedang demo, membakar ban memprotes kenaikan
BBM. Waktu itu Syafiq bertanya pada Papa, ada apa. Lalu Papa jawab, sedang ada
demo. Rupanya dalam kepala Syafiq, demo itu identik dengan bakar ban.
Dina menjelaskan pada adiknya. Demo,
atau kependekan dari demonstrasi, adalah ungkapan rasa kecewa karena sesuatu
yang di luar harapan kita.
“Caranya bagaimana, Kak?”
Dina berbisik lagi di telinga
Syafiq. Syafiq membelalak. Mogok makan? Wah, nanti lapar, dong. Walaupun Syafiq
memang ingin makan ayam goreng, tapi ayam kukus buatan Mama juga enak. Masak
tidak dimakan?
“Eh, kalian lagi pada ngapain?
Pulang sekolah bukannya ganti baju, malah bisik-bisik dekat meja makan?” Mama
datang dari belakang rumah, membawa baju-baju yang sudah kering usai dijemur. “Cepat
ganti baju, lalu makan.”
Dina dan Syafiq mencium tangan Mama,
lalu menuju kamar masing-masing. Setelah ganti baju, Dina langsung
berbaring-baring di kasur, membaca-baca buku. Sementara Syafiq, langsung keluar
kamar dan menuju meja makan. Di kamarnya, alis Dina terangkat mendengar suara
denting sendok beradu dengan piring – dari ruang makan.
“Syafiiiiiiiqqqqqq!!” teriak Dina
kesal. Harusnya kan, mereka mogok makan.
*
Sorenya Dina dan Syafiq protes pada
Papa.
“Kenapa sih, Pa … akhir-akhir ini,
Mama selalu masak serba kukus. Ayam, dikukus. Ikan, dikukus. Daging sudah
jarang banget. Tempe tahu juga dikukus. Kami rindu ayam goreng,” keluh Dina.
Papa terbahak.
“Kenapa nggak bilang langsung sama
Mama?”
“Ih, sudah, Pa.”
“Terus, jawaban Mama apa?”
“Kata Mama, makanan yang serba
kukus, itu sehat. Begitu, Pa.”
“Nah, betul itu kata Mama.”
“Yaah, Papa. Malah jadi pendukung
Mama.”
“Sabar, ya. Nanti Papa bilang sama
Mama deh, supaya sesekali bikin ayam goreng lagi. Mama kalian itu sedang diet
rendah kolesterol. Sebulan lalu, Mama cek kolesterol dan ternyata kolesterol
Mama cukup tinggi.”
“Koles-koles itu apa sih, Pa?” tanya
Syafiq.
“Ko-les-te-rol, bukan koles-koles,”
ralat Papa. “Kolesterol itu lemak jahat. Hii, kalian tahu ternyata di tubuh
kita ada lemak jahat dan lemak baiknya. Lemak jahat bisa menyumbat aliran darah
ke jantung.”
“Makanan yang digoreng itu minyaknya
bisa jadi lemak jahat, ya, Pa?” tanya Dina.
Papa mengangguk.
“Kasihan Mama, ya,” bisik Syafiq
sedih. Dina pun terdiam. Demi kesehatan Mama, rasanya makan ayam kukus setiap
hari, Dina rela.
“Tidak usah sedih, kadar kolesterol
Mama belum terlalu tinggi, kok. Tapi tetap harus dijaga agar tidak naik lagi,”
hibur Papa.
*
Demi mengobati rindu ayam goreng,
Papa mengajak Dina dan Syafiq makan ayam goreng kremes di warung langganan.
Pada Mama, mereka pamit jalan-jalan. Mama juga tidak tertarik ikut karena ada
pekerjaan di dapur yang harus diselesaikan.
Sepulang makan, mereka bertiga
singgah di toko buah. Papa membeli banyak alpukat dan belimbing manis.
“Tumben sih, Pa? Biasanya beli apel
dan jeruk?” tanya Dina.
“Ini buat Mama. Rutin mengkonsumsi
alpukat dan belimbing manis, dapat menurunkan kolesterol. Itu Papa baca di
internet tadi siang.”
“Ooh … penyakit koles-koles itu,
kok, obatnya enak sih, Pa?” tanya Syafiq.
Papa tergelak.
Sesampai di rumah, Dina dan Syafiq
memberikan oleh-oleh buah pada Mama.
“Ma, ini buah untuk Mama. Dimakan
rutin, bisa menurunkan koles-koles, lho,” ucap Syafiq.
“Apa itu koles-koles?” tanya Mama
tersenyum. “Terima kasih, ya. Oh ya, waktu kalian pergi tadi, Mama masak ayam
kremes, lho. Mama kasihan, kalian jarang makan ayam goreng kesukaan kalian.
Nah, sekarang Mama bikinkan. Ayo, buruan makan.”
Papa, Dina dan Syafiq saling
berpandangan. Ayam kremes lagi?”**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar