Selasa, 22 Maret 2016

Resensi Buku: Kisah Hidup Seorang Penulis

Judul               : Tempat Paling Sunyi
Penulis             : Arafat Nur
Penerbit           : Gramedia
Tahun terbit     : Cetakan I, 2015
Tebal               : 328 halaman
ISBN               : 978-602-03-1742-7

Tempat Paling Sunyi, adalah novel yang menceritakan tentang seorang pria bernasib malang bernama Mustafa. Selama hidupnya, Mustafa nyaris tak pernah bahagia. Menikah dengan Salma tak memberikan kedamaian, justru pertengkaran berulang dan kegelisahan pikiran yang ia dapatkan. Istri dan mertuanya selalu merecokinya dengan berbagai hal sepele seperti baju baru, menu makanan dan jalan cerita sinetron. Sementara Mustafa mempunyai wawasan yang lebih luas. Mempunyai pemikiran-pemikiran untuk memperbaiki keadaan, yang ia tuangkan dalam konsep novelnya.
            Ya, Mustafa adalah seorang penulis. Setiap malam ia setia menulisi buku agenda dengan berbagai idenya. Sayangnya, Salma sama sekali tidak mendukung aktivitas suaminya bahkan sering mengganggu menyebabkan Mustafa macet ide. Salma merasa pekerjaan menulis yang dilakukan suaminya itu membuang-buang waktu dan tak ada gunanya. Perbedaan tingkat intelektual semakin memperlebar jurang antara keduanya. Pertengkaran yang berujung pada pemukulan tak terelakkan dan semakin sering terjadi (halaman 87).
            Dalam kegelisahannya dan kesepian hatinya, Mustafa bertemu dengan seorang gadis bernama Riana. Ia menikah lagi dengan Riana (halaman 181) dan mendapatkan kebahagiaan dalam pernikahannya yang kedua. Bersama Riana ia mendapatkan ketenangan dan memiliki ruang untuk menyelesaikan naskah novelnya. Setelah menamatkan novelnya, dengan bersemangat ia mengirimkan novelnya ke penerbit di ibukota (halaman 217). Mulailah penolakan demi penolakan ia terima yang menyebabkan semangatnya runtuh. Akhirnya ia terbitkan novelnya secara indie dengan bantuan teman-teman kerjanya (halaman 220). Sayangnya, Mustafa hidup pada lingkungan yang minim minat baca. Tak ada yang menghargai jerih payahnya. Bahkan buku yang ia berikan pada kenalan secara cuma-cuma, diterima tanpa pernah dibaca, lalu hilang entah ke mana. Takdir Mustafa berakhir setelah ia meminum segelas cairan pembasmi serangga (halaman 225).
            Nama Mustafa pasti akan hilang ditelan zaman, jika tak ada seorang penulis cukup terkenal yang kemudian sampai di desanya. Melalui bincang-bincang ringan di sebuah kedai kopi, si penulis mendengar cerita tentang sang novelis gagal. Penulis itu tertarik mendengar kisah Mustafa, lalu mencoba menggali lebih dalam lagi. Ia mengunjungi teman-teman Mustafa, mengunjungi Riana, bahkan Salma. Ia mendapatkan cerita tak biasa tentang seorang lelaki yang hobi menulis. Sayangnya ia tak bisa mendapatkan buku Tempat Paling Sunyi yang dicetak secara indie. Bahkan buku terakhir yang sempat ia lihat dalam rak buku di rumah Salma, akhirnya dimusnahkan oleh istri pertama Mustafa itu (halaman 310). Si penulis mencoba merangkai cerita dari tulisan tangan Mustafa dalam buku agenda yang masih disimpan Riana.

            Ketika novel tentang kehidupan Mustafa usai disusun, sang penulis kembali menyusuri jalan untuk bertemu Riana, mantan istri kedua Mustafa yang cantik. Ia ingin bertemu untuk menyerahkan draft novel dan juga untuk melepaskan rindu karena ia tertarik pada janda Mustafa tersebut. Namun apa daya, ia terlalu lama pergi tanpa kabar. Riana sudah menikah dengan orang lain. Penulis itupun tertunduk lesu. Merasa sepi. Merasa sendiri. Merasa berada pada tempat yang paling sunyi.


2 komentar:

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES