Judul :
Tempat Paling Sunyi
Penulis :
Arafat Nur
Penerbit :
Gramedia
Tahun terbit :
Cetakan I, 2015
Tebal :
328 halaman
ISBN :
978-602-03-1742-7
Tempat Paling Sunyi, adalah
novel yang menceritakan tentang seorang pria bernasib malang bernama Mustafa.
Selama hidupnya, Mustafa nyaris tak pernah bahagia. Menikah dengan Salma tak
memberikan kedamaian, justru pertengkaran berulang dan kegelisahan pikiran yang
ia dapatkan. Istri dan mertuanya selalu merecokinya dengan berbagai hal sepele
seperti baju baru, menu makanan dan jalan cerita sinetron. Sementara Mustafa
mempunyai wawasan yang lebih luas. Mempunyai pemikiran-pemikiran untuk
memperbaiki keadaan, yang ia tuangkan dalam konsep novelnya.
Ya,
Mustafa adalah seorang penulis. Setiap malam ia setia menulisi buku agenda
dengan berbagai idenya. Sayangnya, Salma sama sekali tidak mendukung aktivitas
suaminya bahkan sering mengganggu menyebabkan Mustafa macet ide. Salma merasa
pekerjaan menulis yang dilakukan suaminya itu membuang-buang waktu dan tak ada
gunanya. Perbedaan tingkat intelektual semakin memperlebar jurang antara
keduanya. Pertengkaran yang berujung pada pemukulan tak terelakkan dan semakin
sering terjadi (halaman 87).
Dalam
kegelisahannya dan kesepian hatinya, Mustafa bertemu dengan seorang gadis
bernama Riana. Ia menikah lagi dengan Riana (halaman 181) dan mendapatkan
kebahagiaan dalam pernikahannya yang kedua. Bersama Riana ia mendapatkan
ketenangan dan memiliki ruang untuk menyelesaikan naskah novelnya. Setelah menamatkan
novelnya, dengan bersemangat ia mengirimkan novelnya ke penerbit di ibukota
(halaman 217). Mulailah penolakan demi penolakan ia terima yang menyebabkan semangatnya
runtuh. Akhirnya ia terbitkan novelnya secara indie dengan bantuan teman-teman
kerjanya (halaman 220). Sayangnya, Mustafa hidup pada lingkungan yang minim
minat baca. Tak ada yang menghargai jerih payahnya. Bahkan buku yang ia berikan
pada kenalan secara cuma-cuma, diterima tanpa pernah dibaca, lalu hilang entah
ke mana. Takdir Mustafa berakhir setelah ia meminum segelas cairan pembasmi
serangga (halaman 225).
Nama
Mustafa pasti akan hilang ditelan zaman, jika tak ada seorang penulis cukup
terkenal yang kemudian sampai di desanya. Melalui bincang-bincang ringan di
sebuah kedai kopi, si penulis mendengar cerita tentang sang novelis gagal.
Penulis itu tertarik mendengar kisah Mustafa, lalu mencoba menggali lebih dalam
lagi. Ia mengunjungi teman-teman Mustafa, mengunjungi Riana, bahkan Salma. Ia
mendapatkan cerita tak biasa tentang seorang lelaki yang hobi menulis.
Sayangnya ia tak bisa mendapatkan buku Tempat Paling Sunyi yang dicetak secara
indie. Bahkan buku terakhir yang sempat ia lihat dalam rak buku di rumah Salma,
akhirnya dimusnahkan oleh istri pertama Mustafa itu (halaman 310). Si penulis
mencoba merangkai cerita dari tulisan tangan Mustafa dalam buku agenda yang
masih disimpan Riana.
Ketika
novel tentang kehidupan Mustafa usai disusun, sang penulis kembali menyusuri
jalan untuk bertemu Riana, mantan istri kedua Mustafa yang cantik. Ia ingin
bertemu untuk menyerahkan draft novel dan juga untuk melepaskan rindu karena ia
tertarik pada janda Mustafa tersebut. Namun apa daya, ia terlalu lama pergi
tanpa kabar. Riana sudah menikah dengan orang lain. Penulis itupun tertunduk
lesu. Merasa sepi. Merasa sendiri. Merasa berada pada tempat yang paling sunyi.
pinjam bukunya Mbak
BalasHapusBukune neng Makassar e jeng...
BalasHapus