Awalnya tidak ada pikiran bahwa surat yang saya tulis itu akan dimuat Kompas, namun ternyata benar. Saya mendapat kabar dari guru saya Mbak Nurhayati Pujiastuti bahwa ada surat saya di kompas. Juga surat itu diposting di akun facebook Kompas Anak.
Foto penampakan surat untuk redaksi Kompas, dikopas dari akun fb Kompas Anak
Berikut versi asli dari surat yang dimuat Kompas itu:
Yth Redaksi Kompas
Assalamualaikum wr wb.
Membaca pengumuman berhentinya halaman Kompas Anak di Kompas
Minggu, pada edisi 28 Februari 2016, saya merasa sedih. Sebagai penulis cerita
anak yang baru belajar, dan baru mengirimkan tiga naskah ke redaksi Kompas,
sekarang saya merasa tak ada harapan lagi untuk dapat tampil di lembar
kesayangan tersebut. Dan sebagai ibu dari tiga anak usia TK-SD, saya merasa
kehilangan satu media untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak-anak
saya.
Saya tahu, keputusan ini pasti sudah dipertimbangkan dengan
sangat matang oleh Pimpinan dan seluruh kru Kompas. Hanya saja, sebagai pembaca
dan penikmat halaman Kompas Anak, saya juga merasa berhak untuk bersuara.
Melalui surat ini saya menyampaikan keprihatinan, karena hilangnya satu media
bacaan anak yang bermutu. Kalaupun (menurut rumor) lembar ini akan muncul dalam
bentuk digital, tentunya tak akan sama lagi. Jangkauannya, untuk saat ini,
mungkin tidak seluas jika halaman Kompas Anak terbit secara konvensional
seperti sebelumnya. Masih banyak kelompok masyarakat yang belum bisa mengakses
internet, walaupun kenyataannya ada program internet masuk desa. Dan untuk
anak-anak, menurut saya, lebih sehat jika mereka membaca langsung melalui
lembaran kertas. Membaca melalui laman internet selain tidak sehat bagi
perkembangan mata, juga berisiko melihat tayangan lain yang bukan untuk anak
seusianya. Perlu pendampingan orangtua? Jelas. Tapi kita juga tak bisa
menafikan kenyataan bahwa banyak orangtua Indonesia yang tidak punya waktu
untuk selalu mendampingi putra-putrinya dalam segala situasi.
Saya tahu pendapat saya ini tentu tak banyak artinya untuk
suatu keputusan yang sudah berjalan. Paling tidak, saya sudah menyuarakan
pendapat yang mungkin juga mewakili beberapa pendapat di luar sana.
Terakhir saya ucapkan terima kasih, atas kiprah Kompas Anak
yang telah ikut serta dalam pendidikan karakter anak-anak Indonesia melalui
cerpen-cerpen yang inspiratif. Semoga segera terbit lagi entah dalam bentuk
konvensional ataupun digital.
Wassalam,
Indah Novita - Makassar
*Semoga saja, Kompas Anak segera 'hidup' kembali....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar