Selasa, 15 Maret 2016

Parodi Film Cinderella

Dalam sebuah event menulis, saya membuat fan fiction based kisah Cinderella, tapi jatuhnya malah jadi kayak parodi. Barusan baca ulang, lucu juga. Jadi saya pindahin aja di mari. Cekidot.



It's about Cinderella....

Ella tinggal di sebuah rumah besar. Rumah yang sudah ditinggali nenek moyangnya selama bertahun-tahun. Ia tinggal di sana bersama kedua orangtuanya, binatang peliharaan dan juga pembantu-pembantunya. Mereka semua hidup dalam kebahagiaan yang berlimpah.

Sayang sungguh sayang, kebahagiaan itu tak selamanya dapat dimiliki oleh Ella. Ibunya menderita sakit parah dan kemudian meninggal. Tak lama, ayahnya membawa seorang perempuan berwajah jutek dan dua gadisnya yang berwajah bloon datang ke rumah.

Perempuan berwajah jutek itu akan menjadi ibu tiri Ella. Kedua gadis bloon, menjadi saudara tirinya.



"Oh my God, Papa ... kok seleranya terjun bebas gini? Dulu Mama orangnya cantik, ramah, lemah lembut. Kenapa eh kenapa sekarang bisa bawa pulang mama baru yang mukanya kayak piring belon dicuci?" begitu batin Ella saat bersalaman dengan ibu tirinya.

Papa Ella berharap, Ella senang dengan kehadiran anggota keluarga yang baru tersebut. Gimana bisa senang, ibu tiri dan dua anaknya itu ribut banget. Mereka selalu ngoceh. Saudara tirinya yang bernama Kleting Merah, suka nyanyi dan suaranya asli sember. Sementara Kleting Biru suka gambar. Ia menggambar kuda seperti kambing, dan menggambar bebek seperti tikus. Dan ia menggambar ibunya seperti piring belon dicuci. Kleting Merah dan Kleting Biru juga suka sekali jejeritan tanpa ada alasan. Ih enggak banget dah pokoknya.

Musibah dalam hidup Ella ternyata tak berhenti pada meninggalnya sang ibu. Pada suatu perjalanan bisnis, ayahnya sakit dan kemudian meninggal. Kepergian sang ayah membuat muka jutek, alias ibu tirinya menjadi semena-mena.

"Elllllllaaaaaa!" panggil sang ibu tiri. "Mulai sekarang, kita pecat semua pembantu di rumah ini. Kita gak kuat bayar. Semua tugas-tugas mereka, elo yang urus. Terus, elo jangan tidur di kamar elo yang sekarang, ya. Pindah sana ke loteng yang lebih luas. Elo pasti suka di atas sana."

"Eh, nyak tiri, di loteng kan dingin. Ntar kalau gue kedinginan pegimane?"

"Itu urusan elo. Pokoknya elo harus bayar ganti rugi. Rugi gue nikah sama bapak elo. Belon juga sempet jalan-jalan ke Paris, dia sudah pergi duluan ke surga. Gih, cepet sono pindah ke loteng! Kalo enggak, ntar kuda kesayangan elo gue jual!"

Sambil bersungut-sungut, Ella pindah ke loteng. Ia nggak rela kuda kesayangannya dijual. Ia juga agak lunak karena ibu tirinya memilih kata 'surga' untuk tempat bapaknya kini berada. Coba kalo tadi die bilang nerake, sudah gue uleg mulutnya pakai sambel terasi campur pete.

Sejak saat itu, Ella tinggal di loteng. Sepi, dingin, hanya berteman dengan tikus-tikus. Tak ada pula ibu peri. Yang ada hanya sebuah peti.

Bener. Pas beres-beres loteng, Ella nemu sebuah peti. Waktu dia buka, ternyata isinya adalah buku tua peninggalan nenek moyang. Ternyata itu adalah buku mantra-mantra sihir. Yang bener ajee ... ini mau bikin ff cinderella atau harry potter?

Bener! Ella langsung semangat 45. Dia pelajari semua mantra di buku itu. Dia afalin mati deh. Pokoknya kalau ibu tiri dan duo Kleting itu macam-macam lagi, mau dia sihir biar jadi angsa dan kadal. Tapi Ella nggak sejahat itu. Dia cuma mraktekin mantra-mantra yang bermanfaat untuk pekerjaannya sebagai upik abu. Rumah sebesar itu, bisa cling! Kinclong dalam sekejap. Pake mantra "bersih dalam sekejap". Ella juga bisa ngirit pengeluaran untuk pakan ternak dengan mantra "kenyang selamanya". 



Persediaan dapur selalu lengkap karena hasil pangan dari kebun selalu dimantrai "tumbuh lebih cepat". Masakannya selalu enak dan lezat berkat mantra "dapur umami". Hanya kalau kumat isengnya, dia suka juga ngasih kejutan-kejutan untuk ibu dan saudara-saudara tirinya. "Kerikil segede kelereng" bisa tiba-tiba muncul dalam suapan Kleting Merah. "Kesandung" adalah hal sering terjadi tiba-tiba menimpa ketiga tamu tak diundang dalam hidupnya. "bahasa planet" tiba-tiba terdengar dari mulut ibu tirinya, dan membuat kedua saudaranya terbengong-bengong. Dan masih banyak kelucuan lainnya yang dilakukan Ella untuk menghibur dirinya sendiri.

Ibu dan saudara tirinya mengira mereka mengendalikan Ella, tapi mereka tak sadar kalau yang terjadi adalah sebaliknya.

Hingga Ella bosan.

Ia mau jalan-jalan ke hutan di dekat rumah bersama kudanya. Ia ingin berjalan lebih jauh lagi, mungkin meninggalkan rumahnya? Tapi ia masih ragu. 

Tiba-tiba di hutan, ia bertemu dengan sang pangeran yang terpisah dari rombongannya. Mereka sedang berburu di hutan. Pangeran mengajak Ella bercakap-cakap. Jelas dari gesture tubuhnya ia sangat tertarik pada Ella. Demikian juga Ella.



"Apakah engkau jawaban dari semua mimpi dan angan-anganku?" batin Ella bertanya. Karena hati Ella berkata, ia akan rela mengikuti pangeran tampan itu kemanapun ia pergi.

Ella membisikkan mantra "aku mau tahu". Ia ingin tahu kaitan si pangeran dalam hidupnya. Dan ia pun terbengong-bengong mendapatkan visi tentang pesta dansa, ibu peri, sepatu kaca, dan juga kelicikan ibu tirinya. Ella menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.








"Kamu kenapa putri cantik? Kamu pusing? Pusing pala barbie, ya?" tanya sang pangeran lembut.

"Nggak. Aku nggak pusing sama sekali. Aku ada usul, Pangeran."

"Usul apa?"

"Daripada terlalu banyak scene dalam hidup kita, yuk kita potong kompas."

"Maksud kamu?"

"Ajak aku ke istana dan nikahi aku. Dan kita akan menghemat banyak hal. Budget pesta dansa bisa dialihkan untuk pendidikan rakyat. Ibu dan saudara tiriku nggak perlu berbuat jahat dan licik. Ibu peri tak usah repot-repot memotong labu di rumah kacaku. Dan yang terpenting, ayo kita beri cucu untuk Raja sebelum ia meninggal."

"Eh, kamu ngomong apa sih? Aku enggak paham."

Ella mendekat. Menggenggam tangan sang pangeran. Memasang senyumnya yang paling manis.

"Buruan, yuk. Ikut abang pulang," ucap Pangeran cepat. Rupanya dia klepek-klepek melihat senyum Ella.

Sutradara dan produser ngamuk-ngamuk.

"Hoe, Ella. Elo niat hemat tapi kita yang rugi, dong. Mana mau orang nonton kalau filmnya segini doang udah abis! Ayo balik ke skenario awal!"

Ella meringis.

"Kita tinggalin aja mereka, Pang. Yuk, kita pakai mantra andalanku "mantra menghilang"".

Cuss ... Ella dan pangeran lenyap dari pandangan. Tak ada yang tahu mereka kemana, yang jelas, cerita ini berakhir sama. Happily ever after.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES