Senin, 04 Mei 2020

Tiga Hal yang Perlu dilakukan jika Harus Ke Fasilitas Kesehatan di Era Covid

Tak terasa sudah satu bulan lebih kita bagai terkungkung dalam penjara. Nggak bisa kemana-mana, karena ada bahaya corona di luar sana. Salah satu tempat yang sedapat mungkin dihindari, adalah fasilitas kesehatan seperti klinik, puskesmas dan rumah sakit. Kalau nggak benar-benar darurat, sebaiknya kita nggak ke dokter dulu, deh.

Sabtu, 25 April 2020, saya terpaksa harus ke fasilitas kesehatan untuk memeriksakan mata saya karena ada gangguan penglihatan (untuk detailnya nanti saya ceritakan dalam postingan tersendiri). Saya pergi ke klinik BPJS untuk mendapatkan advis dokter sekaligus rujukan ke dokter mata, bila memang diperlukan.

Pada kondisi normal, di depan apotek tempat klinik BPJS biasanya banyak motor berjajar, namun kali itu sepi. Ada tempat mencuci tangan di depan klinik, dan saya pun mencuci tangan saya sebelum masuk. Waktu mencuci tangan, saya melihat pengumuman di kaca klinik, bahwa para dokter di klinik itu menerima konsultasi melalui whatsapp.

Pemberitahuan di depan klinik

 Karena sudah terlanjur sampai di situ, saya pun masuk dan bertanya pada petugas pendaftaran. Setelah mendapatkan buku status medis, saya ternyata bisa langsung masuk ke ruang konsul dokter karena tidak ada pasien lain selain saya! Luar biasa covid-19, padahal biasanya ruang tunggu tak pernah sepi dari antrean!

Ruang tunggu yang sepi

Saya pun menceritakan permasalahan saya pada dokter, dan seperti dugaan saya, dokter menulis rujukan untuk ke rumah sakit. Saya memilih RS Dody Sardjoto, yaitu RS Auri yang letaknya tidak jauh dari rumah. Tanggal konsul ke RS adalah Senin, 27 April 2020.

Hari Senin, 27 April 2020, saya diantar suami pergi ke RS Dody Sardjoto. Di depan pintu masuk ada tempat cuci tangan dan sabun, maka saya berhenti dulu untuk cuci tangan. Sebelum masuk, pak Satpam mengukur suhu tubuh dengan alat pengukur suhu yang mirip pistol itu. Saya masuk langsung menuju meja pendaftaran. Saya serahkan kartu BPJS dan KTP lalu duduk menunggu. Sebagian kursi di ruang tunggu itu sudah ditandai dengan tanda silang, tanda hanya boleh duduk dengan jarak minimal satu meter. Di rumah sakit ini semua orang baik pasien, pengantar, tenaga medis, maupun tenaga administrasi, semua menggunakan masker. Pernah seorang bapak melepas maskernya, lalu ia ditegur oleh satpam.

Awas, jangan duduk di sini!


Duduk berjarak sangat nyaman

Selain menggunakan masker, tenaga medis yang berhadapan langsung dengan pasien, memakai APD lainnya berupa baju hazmat, sarung tangan medis dan juga face shield. Saat saya diperiksa oleh dokter mata di dalam ruang klinik pun, asisten dokter dengan cermat mengelap alat semacam mikroskop yang baru saja digunakan untuk memeriksa mata saya. Mungkin dilap dengan menggunakan alkohol, untuk menghindari penularan covid-19.

Hal lain yang berbeda adalah beberapa pengumuman penting yang dipasang di luar rumah sakit, seperti jangan ke dokter bila tidak penting sekali, larangan menjenguk pasien, dan pembatasan untuk pengantar pasien yang rawat jalan. Hanya boleh membawa satu pengantar saja. Saya pikir setelah era covid-19 berlalu, beberapa ketentuan tersebut seharusnya dilanjutkan saja.

Seperti menjenguk pasien, kadang-kadang penjenguk itu malah bikin ribut dan pasien jadi tidak bisa istirahat. Sebaiknya kalau menjenguk pasien, setelah pasien tersebut pulang ke rumah dan dalam masa pemulihan saja. Makanan atau buah-buahan yang dibawa ketika menjenguk kan lebih bermanfaat jika bisa dimakan oleh pasien langsung. Tak jarang kalau menjenguk pasien, makanan yang kita bawa hanya habis dimakan penjaga pasien atau malah disuguhkan lagi ke tamu/pembesuk lainnya.

Pengantar pasien hanya satu, sebaiknya berlaku juga untuk yang menunggu pasien menginap. Kadang-kadang saya lihat pihak penunggu pasien opname di rumah sakit, seperti orang pindahan kampung. Segala rupa-rupa barang dibawa dan orang serumah ikut semua. Rumah sakit harus memiliki sistem di mana pasien opname dapat mengandalkan suster jaga setiap saat, sehingga kalau pun tidak ada keluarga yang menjaga, pasien aman dan terpenuhi kebutuhannya.

Duduk berjarak semeter, juga sebaiknya dilanjutkan. Pernah nggak sih nemu orang yang sok akrab, bangku masih banyak yang kosong, tapi dia langsung duduk mepeetz gitu ke kita? Aturan duduk berjarak paling tepat diberlakukan untuk menghindari orang-orang macam beginian.

Nah kembali ke topik utama, setelah saya melakukan kunjungan singkat ke fasilitas kesehatan pada era covid-19 ini, saya menyimpulkan bahwa ada tiga hal yang perlu dilakukan agar aman berkunjung ke fasilitas kesehatan, yaitu:

1. Patuhi semua aturan seperti memakai masker, cuci tangan, mengukur suhu.
2. Berhati-hati untuk tidak menyentuh permukaan benda-benda. Ingat, salah satu media penularan corona adalah karena Anda menyentuh permukaan benda yang kebetulan mengandung virus, lalu secara tak sengaja dengan tangan Anda yang telah terkontaminasi virus, Anda menyentuh mata, hidung atau mulut.
3. Bertanya sedetail mungkin tentang penyakit Anda, termasuk menanyakan kemungkinan konsultasi melalui whatsapp dengan dokter untuk tindak lanjut pemeriksaan. Ya kalau bisa konsul onlen, mengapa tidak, kan?

Sebagai tambahan, tentunya Anda tahu apa yang harus dilakukan sesampai di rumah, kan? Cuci tangan, cuci semua baju yang dipakai, dan mandi keramas. Semua disabun agar virus dan kuman lain yang kebetulan nempel wes ewes ewes bablas nyawane.

Oh ya, sepulang dari rumah sakit, saya singgah di sebuah apotek untuk menebus resep, dan di sini pun ada aturan-aturan untuk tidak sembarang menyentuh meja loket dan kasir. Patuhi saja semuanya. Jangan jadi orang songong yang melanggar semua aturan hanya karena Anda bebal ndak percaya dengan berbahayanya covid-19. Nggak percaya boleh-boleh saja, yang ndak boleh adalah jika ketidakpercayaan Anda itu membahayakan orang lain, OK?

2 komentar:

  1. Nah itu, orang songong dalam hal apa pun cen nggapleki, membahayakan?!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali kakakk, makasih sudah mengintip blogku yaa

      Hapus

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES