Mira
Susah Tidur
Oleh:
Kalya Innovie
Tak tik tak tuk. Jarum jam dinding
di ruang tengah terdengar di telinga Mira. Krieeet. Kali ini suara pintu kamar
Mama yang terbuka. Lalu batuk-batuk, dan suara langkah kaki Mama menuju kamar
mandi. Kemarin malam, Mira juga mendengar saat Mama ke kamar mandi. Setelah
buang air kecil, pasti Mama akan singgah, membuka pintu kamarnya dan bilang:
"Kok, belum tidur?"
Nah, benar, kan. Kali ini Mama
menyempatkan masuk kamar, lalu meraba kening Mira.
"Mira, ini sudah hampir pukul
dua belas malam, lho. Ayo, buruan tidur. Besok kamu mengantuk di kelas."
Mira mengangguk, memejamkan mata,
mencoba untuk tidur.
*
Bukan satu dua kali ini Mira susah tidur. Hal ini sudah berjalan selama lima malam. Ya, sudah lima malam ia baru bisa tidur di atas pukul dua belas. Mira sendiri tak tahu kenapa ia jadi susah tidur. Yang jelas, akibat susah tidur, ia jadi sering mengantuk di kelas. Mama bilang, kalau hal ini terus berlanjut, Mira akan dibawa ke dokter.
Bukan satu dua kali ini Mira susah tidur. Hal ini sudah berjalan selama lima malam. Ya, sudah lima malam ia baru bisa tidur di atas pukul dua belas. Mira sendiri tak tahu kenapa ia jadi susah tidur. Yang jelas, akibat susah tidur, ia jadi sering mengantuk di kelas. Mama bilang, kalau hal ini terus berlanjut, Mira akan dibawa ke dokter.
“Dulu, aku pernah disuntik. Sakiiit
sekali,” kata Aina pada Mira, waktu ia cerita di kelas.
"Ah, paling nggak disuntik.
Paling cuma dikasih obat yang pahiiit banget," timpal Vero sambil sambil
mengunyah kacang. Saat itu pas jam istirahat.
“Ada loh, tetanggaku yang sakitnya
lama trus pulang masih dengan infus di tangannya,” Sofi menambah dengan
menggebu-gebu.
Teman-teman Mira langsung saling
pandang dengan tatapan ngeri mendengar cerita Sofi. Mereka menatap iba pada
Mira yang duduk di bangku dengan muka mengantuk.
“Ah, aku nggak mau ke dokter. Kalian
menakut-nakuti aku,” ucap Mira, lalu menguap untuk ke sekian kalinya.
“Mira, ini permen kopi. Supaya kamu
nggak ngantuk lagi.” Fairuz memberinya sebutir permen kopi.
“Kopi?” gumam Mira. Mira ingat,
Kakek pernah bilang, kalau minum kopi, ngantuknya bisa hilang.
“Kok, jadi bengong? Kenapa, sih,
Mir?” tanya Fairuz.
“Hmm…kurasa aku nggak perlu ke
dokter. Aku sudah tahu bagaimana menyembuhkan penyakitku,” jawab Mira pasti.
“Bagaimana?” tanya teman-temannya
serempak.
“Ah, itu rahasia.” Mira
senyum-senyum.
*
Rencananya usai makan malam, Mama akan mengajak Mira ke dokter. Selama makan, Mira duduk tenang mengunyah makanannya. Ia berpikir bagaimana harus menjelaskan pada Mama. Ia tidak menyadari Mama mengawasinya dengan tatapan cemas.
Rencananya usai makan malam, Mama akan mengajak Mira ke dokter. Selama makan, Mira duduk tenang mengunyah makanannya. Ia berpikir bagaimana harus menjelaskan pada Mama. Ia tidak menyadari Mama mengawasinya dengan tatapan cemas.
“Ke dokternya setelah isya saja,
ya?” cetus Papa di sela makan. Usai menghabiskan isi piringnya, Papa minum
segelas air, lalu mengintip mug kopinya. Minum seteguk kopi dari mug.
“Ma, mug kopi Papa jangan keburu
dicuci, ya. Masih setengah isinya. Nanti Papa minum lagi setelah sholat isya.”
“Mama selalu cuci kalau mug itu
sudah kosong, Pa. Selama ini juga begitu,” jawab Mama.
“Ehm. Eh, Mira mau ngomong sesuatu,
Ma, Pa.”
Mama dan Papa menoleh.
“Mira nggak usah ke dokter, ya. Mira
sudah tahu kenapa Mira nggak bisa tidur lima malam ini,” ucap Mira pelan.
“Kenapa?” tanya Mama.
Terbata-bata, Mira menjelaskan bahwa
sudah lima malam ini ia selalu menghabiskan kopi di mug Papa.
Mama dan Papa melongo mendengar
penjelasan Mira.
“Pantas saja akhir-akhir ini tiap
pulang sholat isya dari masjid, Papa cari kopi, eh, mugnya sudah dicuci Mama.”
“Mama cuci karena Mama lihat sudah
kosong. Rupanya…,” Mama melirik Mira.
“Kenapa Mira minum kopi Papa?” tanya
Papa lunak.
“Habis enak, sih,” jawab Mira tertunduk.
“Mira tahu apa kesalahan Mira?”
tanya Mama.
“Iya, Ma. Mira minum kopi tanpa
minta izin pemiliknya. Mira minta maaf, ya, Pa.”
“Lain kali bilang. Mira boleh, kok,
minum kopi Papa. Tapi cuma boleh seteguk saja. Bukan setengah mug,” ujar Papa.
“Semua yang berlebihan itu tidak
baik, Mira. Kopi bukan minuman yang cocok untuk anak-anak. Pantas saja kamu
jadi susah tidur,” pungkas Mama. Kesal, tapi lega juga karena penyakit susah
tidur Mira bisa segera diketahui penyebabnya.
*
Mira sudah selesai mengerjakan pe-ernya. Dilihatnya jarum jam meja menunjuk angka sembilan. Dirapikannya buku-buku sambil menguap beberapa kali. Alangkah senangnya bisa merasakan kantuk pas jam tidurnya. Tadi, Mama tak mengizinkannya minum kopi lagi. Sebagai gantinya, Mama membuatkan segelas susu hangat. Mira pernah baca, susu bisa membantu kita tidur lebih lelap.
Mira sudah selesai mengerjakan pe-ernya. Dilihatnya jarum jam meja menunjuk angka sembilan. Dirapikannya buku-buku sambil menguap beberapa kali. Alangkah senangnya bisa merasakan kantuk pas jam tidurnya. Tadi, Mama tak mengizinkannya minum kopi lagi. Sebagai gantinya, Mama membuatkan segelas susu hangat. Mira pernah baca, susu bisa membantu kita tidur lebih lelap.
Pukul sepuluh malam, Mama dan Papa
mengintip kamar Mira. Mereka tersenyum lega melihat Mira sudah tertidur. Bahkan
Mira tampak tersenyum dalam tidurnya.
"Pasti putri Mira sedang mimpi
minum kopi di istananya," gurau Papa tersenyum.
“Papa tuh, yang harus mengurangi
minum kopi juga,” cetus Mama. “Besok Mama bikinin di gelas kecil saja, ya?”
“Ah, gara-gara Mira, nih. Jatah kopi
Papa jadi berkurang.”
“Sudah, sudah. Ayo kita tidur.
Biarkan Putri Mira dengan mimpi indahnya.”
Pintu kamar ditutup. Mira membuka
mata, nyengir, lalu kembali tidur memeluk gulingnya.**
Nice dream, Puteri Mira... :)
BalasHapusKereen ahh!
BalasHapusTerima kasih :) Mas Redy jauh lebih keren....
HapusTerima kasih sudah singgah, Mbak....
BalasHapusWawawawaaa... aku baca ini di Bobo hihihi... Bagus ceritanya ^^
BalasHapusTerus menulis, Mbak... :)
Tengkyuu ... Mbak :)
Hapusmaaf ka mau nanya, kalo ngirim cerpen di bobo caranya gimana ya? bolehkah lewat email? syarat fisik tulisan gimana ya? dan honornya berapa ya? terima kasih
BalasHapusMaaf ya, baru baca komenmu. Iya memang biasanya lewat email. Cerpen Bobo syaratnya sekitar 750 kata diketik di kertas A4 spasi ganda. Dulu honornya 250ribu. Hanya saja sekarang Bobo jarang memuat cerpen kiriman dari penulis luar.
Hapus